CARA MULIA MENGGUNAKAN KEKAYAAN DALAM ISLAM
Wednesday, May 4, 2016
Add Comment
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum wr. wb Kajian Islam ( katagori Muamalah)
Pembaca setia, salam sukses sejahtera, dan diridhai Allah SWT, berjumpa kembali dengan Rasiyambumen dalam postingan hari ini Cara Mulia Menggunakan Kekayaan Dalam Islam mari kita baca dengan cermat semoga menjadi manfaat dan menambah wawasan dalam pengamalan agama.
Firman Allah SWT :
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا
سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ
إِنَّ الْإِنسٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)" (QS Ibrahim : 34)
"Jauhkan dirimu dari tipuan dunia, niscaya Allah suka/kasih kepadamu. Dan jauhkan dirimu dari (melanggar) hak-hak orang, niscaya kamu disukai orang". (Hadits Rasulullah saw)
Di dalam Al Quran sangat jelas menggambarkan nasib manusia yang membelanjakan kekayaan untuk kemaksiatan, Allah mengajarkan kepada manusia agar membelanjakan keykayaan untuk kemuliaan, bukan kenistaan. Berbagai contoh di masa lalu dan zaman saekarang seharusnya bisa menjadi cermian buat kita bahwa kekayaan bukan milik kita semata, melainkan ada hak orang lain di dalamnya.
Hal ini harus dicamkan oleh semua umat Islam agr kekayaan tidak sia-sia.
Firman Allah SWT :
فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ اللَّـهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنتَصِرِينَ
"Maka Kami benamkan Qarun bersama hartanya/rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang -orang yang dapat membela diri." (QS Al-Qashash : 81)
Sultan Burquq yang wafat pada tahun 824 H bisa menjadi contoh/perhatian kita. Selama hidupnya sultan ini bergeliamng akan harta benda. Sebagai seorang Sultan, wajar bila ia memiliki kekayaan yang melimpah, namun ia lupa bahwa semua ini hanyalah titipan Allah. Ia lupa bersyukur lupa menyantuni anak yatim, fakir, dan miskin. Akhirnya Allah mengambil semua hartanya dan menjadi miskin. Akibatnya handuk untuk memandikan jasadnya pun tidak ada karena terlalu fakirnya.
Kisah lain, Raja Andalus pada tahun 488 H mati justru di tahanan. Anak-anaknya bahkan terpaksa harus mengemis kepada mantan prajuritnya ayahnya untuk bertahan hidup. Padahal selama berkuasa raja tersebut terkenal akan kemegahannya dan kekayaannya. Lalu kena bisa berbalik 360 derajat? Ia terlena tahta kerajaan dan kekayaanya serta lupa bersyukur pada Allah dan tidak memanfaatkan kekayaannya pada jalur yang benar. Dari kisah-kisah itu dan berbagai batasan dari Allah dan Rasulullah maka seyogyanya umat Islam yang kaya harus memanfaatkan atau membelanjakan kekayaannya selalu di jalan yang mulia yaitu jalan yang mendapat ridha dari Allah SWT.
Demikian Uraian Cara Mulia Menggunakan Kekayaan Dalam Islam dan semoga menjadi pelajaran bagi kita apabila Allah menganugerahkan harta berlimpah maka belanjakanlah sesuai aturan yang ditetpakan dalam Agama, Zakat Mal, Shodaqoh, Jariyyah, dan amalkan kepada kepentingan-kepentingan masyakat banyak yang menunjang jalan kebenaran. Semoga setelah membacanya kita dapat mengamalkan.
Hal ini harus dicamkan oleh semua umat Islam agr kekayaan tidak sia-sia.
Firman Allah SWT :
أَلْهَىٰكُمُ التَّكَاثُرُ
Manusai sama sekali tidak punya hak menyombong-kan atau membanggakan kekayaannya. "Bermegah-megahan telah melalaikanmu" (QS At-Takasutsur : 1)
Maksud dari ayat tersebut adalah bermegah-megahan dalam hal harta, anak, pengikut, dan kemuliaan yang melalaikan manusia dari ketaatan. Ayat ini turun berkenaan dengan dua qabilah Anshar. Ketika it Bani Haritssah dan Bani Harts saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunan dengan saling bertanya, "Apakah kalian mempunyai pahlawan yang segagah dan secekatan si Anu?
Mereka menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mreka mengajak pula pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan dari golongannya yang sudah gugur dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini turun sebagi teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megahan sehingga terlalaikan ibadahnya kepada Allah. (HR, Riwayat Abi Hatim bersumber dari Ibnu Buraidah)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ali pernah berkata ,
Pada mulanya kami sangsi akan siksa kubur. Setelah turunnya ayat ini hilanglah hilanglah kesangsian itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ali)
Untuk itu bila masih ada orang kaya yang sombong dan takabur, bermegah-megahan dan membanggakan diri, ia berpaling dari aturan Allah, orang kaya seprti ini tidak layak menyandang predikat muslim. Seorang muslim sejati justru akan selalu rendah hati dalam keadaan apa pun.
Firman Allah SWT :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ
مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنٰطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعٰمِ
وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتٰعُ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّـهُ عِندَهُۥ
حُسْنُ الْمَـَٔابِ
"dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, cinta terhadap apa yang diinginkan berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan swah ladang. Itulah kesenangan hidup didinia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS Ali Imran : 14)
Kita masih sudah mengenal nama Qarun atau yang sudah sangat populer sebagai karun. Ingat harta karun sebagai yang terkubur di dalam tanah atau dasar lautan. Qarun atau karun adalah sosok manusia yang ingkar pada nikmat Allah pada masa Nabi Musa a.s. Kisah tentang Qarun jelas-jelas diceritkan oleh Allah dalam Al Quran. Kisah tersebut menjadi cermin bagi setiap mukmin, yang dianugerahi kekayaan materi oleh Allah.
Firman Allah SWT :
إِنَّ قٰرُونَ كَانَ مِن
قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنٰهُ
مِنَ الْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ
بِالْعُصْبَةِ أُو۟لِى الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ
قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ
الْفَرِحِينَ
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, tetapi di berlaku dzalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh orang-orang yang kuat, (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya "Jangan engkau terlalu bangga" Suggung Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membaggakan diri". (QS Al Qashash : 76 )
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ
عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ
اللَّـهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ الْقُرُونِ
مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا
ۚ وَلَا يُسْـَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
"Qarun berkata : Sesungguhnya aku hanya diberi (harta itu) semata-mata karena ilmu yang ada padaku' Tidakkah dia tahu bahwa Allah telah membinaskan umat-umat sebelumnya yang telah kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa meraka." (QS Al-Qashash : 78 )فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ اللَّـهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنتَصِرِينَ
"Maka Kami benamkan Qarun bersama hartanya/rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang -orang yang dapat membela diri." (QS Al-Qashash : 81)
Sultan Burquq yang wafat pada tahun 824 H bisa menjadi contoh/perhatian kita. Selama hidupnya sultan ini bergeliamng akan harta benda. Sebagai seorang Sultan, wajar bila ia memiliki kekayaan yang melimpah, namun ia lupa bahwa semua ini hanyalah titipan Allah. Ia lupa bersyukur lupa menyantuni anak yatim, fakir, dan miskin. Akhirnya Allah mengambil semua hartanya dan menjadi miskin. Akibatnya handuk untuk memandikan jasadnya pun tidak ada karena terlalu fakirnya.
Kisah lain, Raja Andalus pada tahun 488 H mati justru di tahanan. Anak-anaknya bahkan terpaksa harus mengemis kepada mantan prajuritnya ayahnya untuk bertahan hidup. Padahal selama berkuasa raja tersebut terkenal akan kemegahannya dan kekayaannya. Lalu kena bisa berbalik 360 derajat? Ia terlena tahta kerajaan dan kekayaanya serta lupa bersyukur pada Allah dan tidak memanfaatkan kekayaannya pada jalur yang benar. Dari kisah-kisah itu dan berbagai batasan dari Allah dan Rasulullah maka seyogyanya umat Islam yang kaya harus memanfaatkan atau membelanjakan kekayaannya selalu di jalan yang mulia yaitu jalan yang mendapat ridha dari Allah SWT.
Demikian Uraian Cara Mulia Menggunakan Kekayaan Dalam Islam dan semoga menjadi pelajaran bagi kita apabila Allah menganugerahkan harta berlimpah maka belanjakanlah sesuai aturan yang ditetpakan dalam Agama, Zakat Mal, Shodaqoh, Jariyyah, dan amalkan kepada kepentingan-kepentingan masyakat banyak yang menunjang jalan kebenaran. Semoga setelah membacanya kita dapat mengamalkan.
Anda dapat baca yang lain dengan mengklik yang ini : ANEKA
0 Response to " CARA MULIA MENGGUNAKAN KEKAYAAN DALAM ISLAM"
Post a Comment