Kisah "Bilal" : Muadzin Rasulullah saw. Pengumandang Adzan Pertama Di Dunia.
Monday, April 3, 2017
Add Comment
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kajian Islam (katagori Posting Kisah)
Pemabaca budiman, kita jumpa lagi dengan penuh rasa syukur kepada Allah Swt. atas segala Rahmat, nikmat dan bimbinganNya dalam Aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak. Aamiin...
Rasiyambumen/Pelangi Khazanah Islam, memposting : Kisah Seorang Bilal bin Rabah.
1. Disiksa Karena Masuk Islam.
Nama lengkapnya adalah Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum Hijrah. Ia berpostur tinggi, kurus, warna kulitnya cokelat kehitaman, pelipisnya tipis dan rambutnya lebat. Ibunya adalah hamba sahaya (budak) milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh.
Bilal menjadi budak, hingga akhirnya ia mendengar tentang Islam. Lalu ia menemui Rasulullah saw dan mengikrarkan diri masuk Islam. ia merupakan kalangan sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari non- Arab.
Ketika Bilal bin Rabah masuk Islam, oleh tuannya Umayyah bin Khalaf al-Jumahi diikat dengan tali di lehernya lalu diperintahkan anak-anak untuk menariknya mengelilingi Ka'bah. Bahkan lebih kejam dari itu. Di suatu hari di musim panas dia diseret keluar di padang pasir yang begitu panasnya dengan dada telanjang, sambil berujar "Demi Tuhan" engkau akan terus seperti ini hingga mati atau engkau mengingkari Muhammad dan kembali kepada Latta dan Uzza".
Namun dalam kondisi seperti itu Bilal hanya mengatakan "Ahad... Ahad..." hingga kemudian datang Abu Bakar Assidiq dan menebusnya dengan sejumlah uang untuk dimerdekakan.
Menyebut nama Bilal bin Rabah, kita pasti terbayang kisah keteguhan hati seorang Muslim sejati.
Betapa tidak, saat umat Islam masih berjumlah beberapa gelintir orang serta kejaman yang diterima kaum muslimin, seorang budak berkulit hitam kelam bertekad bulat dan mengikrarkan diri beriman kepada Allah Swt.
2. Adzan Pertama Di Madinah
Saat Rasulullahg saw. ke Madinah, Bilal pun turut serta bersama kaum Muslimin lainnya. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah saw. mensyariatkan adzan. Rasulullah saw. kemnudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan karena ia memiliki suara yang merdu. Lalu, bilal mengumandangkan adzan sebagai pertanda dilaksanakannya shalat lima waktu. Sejak saat itu, Bilal mendapat julukan sebagai Muadzin ar-Rasul dan ia menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam.
Setelah sekian lama tinggal di Madinah, Bilal senantiasa menjadi pengumandang adzan. Biasanya setelah mengumandangkan adzan, Bilal beridiri di depan pintu rumah Rasulullah saw. seraya berseru, "Hayya 'alashshalaati hayya 'alashshalaati, hayya 'alalfallah, hayya 'alalfallah," (Mari melaksanakan shalat, mari melaksanakan shalat mari meraih kemenangan)" . Lalu, ketika Rasulullah saw. keluar dari rumah dan Bilal melihatnya, ia segera melantunkan iqamat sebagai tanda shalat berjama'ah akan segera dimulai.
3. Adzan Pertama di Makkah.
Ketika menaklukkan kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah saw. berjalan di depan pasukan Muslim bersama Bilal. Saat masuk Makkah beliau hanya ditemani oleh tiga orang sahabat, yaitu Utsman bin Thalhah, Usmah bin Zaid, dan Bilal bin Rabah. Tak lama kemudian, waktu shalat, Dzuhur pun tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasullah saw. termasuk orang-orang kafir Quraisy yang baru masuk Islam saat itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah saw. memanggil Bilal, agar naik ke atap Ka'bah untuk mengumandangkan adzan. Tanpa menunggu perintah kedua, Bilal segera beranjak dan melaksanakan perintah tersebut dengan senang hati. Ia pun mengumandangkan adzan dengan suaranya yang bersih dan jelas. Orang-orang semakin banyak berkumpul. Adzan yang dikumandangkan Bilal itu merupakan adzan pertama di Makkah. Ribuan pasang mata memandangi Bilal dan ribuan lidah mengikuti kalimat adzan yang dikumandangkannya. Saat sampai pada kalimat, Ashadu anna Muhammadar Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)" Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, "Sungguh Allah telah mengangkat kekudukanmu. Memang kami akan tetap shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi. " Maksud Juwairiyah adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.
Sejak saat itu, Bilal terkenal sebagai muadzin Rasul, ia menjadi muadzin tetap Rasul saat masih hidup.Tidak ada orang lain yang menggantikan Bilal. Yang lainpun tak keberatan Bilal melakukannya.
4. Mengajukan Pensiun Sebagai Muadzin.
Namun saat Rasulullah saw. wafat dan ketika shalat akan dikumandangkan, Bilal pun akan segera berdiri untuk melaksanakan kewajibannya. Saat itu jasad Rasulullah saw. masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan.
Maka, ketika Bilal sampai pada kalimat "Ashadu anna Muhammadar Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah)" tiba-tiba suaranya terhenti. Bilal menangis tersengguk, ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Bilal merasakan betapa sedihnya ditinggalkan oleh manusia yang paling dicintainya. Tak hanya kaum Muslimin, Allah pun mencintai Rasulullah saw. Seperti dikomando tangisan Bilal itu diiringi oleh kaum Muslimin yang hadir. Mereka menangis karena ditinggal pergi sang kekasih.
Dalam Shuwar min Hayaatis Shahabah karya Dr.Abdurrahman Ra'fat Basya, dipaparkan bahwa sejak kepergian Rasulullah saw. Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari saja. Setiap sampai kepada kalimat "Ashadu anna Muhammadar rasulullah" ia langsung menangs tersedu-sedu. Begitu pula kaum Muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.
Kemudian Bilal mendatangi Abu Bakar As-Sidiq, yang menggantikan posisi Rasulullah saw. sebagai pemimpin umat Islam, agar dia diperkenankan untuk tidak mengumandangkan adzan lagi. Ia seakan tidak sanggup melakukannya. Permohonan itupun dikabulkan oleh Abu Bakar as-Sidiq. Sejak saat itu Bilal tak pernah lagi menjadi muadzin bagi orang-orang sekitarnya. Pernah bilal melakukannya ketika khalifah Umar mengunjunginya di Damaskus. Namun itupun hanya sampai kalimat "Ashadu anna Muhamm adar rasulullah, ia lagi-lagi menangis mengingat Rasulullah saw. Bahkan Umar pun turut menangis. Adzan yang dikumandangkan Bilal mengingatkan Umar ketika bersama-sama dengan Rasulullah saw. orang yang paling dicintainya.
Kini sang muadzin Rasulullah saw. ini sudah berpulang sejak 14 abad silam, tepatnya tahun ke-20 H.
Namun namanya masih harum hingga kini, bahkan di sejumlah masjid di Indonesia, mungkin juga di negara lainnya, nama muadzin selalu tercantum dengan tulisan Bilal, Ini menunjukkan sebagi penghormatan kepada sang muadzin Rasulullah saw, pengumandang adzan pertama di dunia. Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya.
5. Langkah Sendalnya Bilal Di Surga Sudah Terdengar Nabi.
Nama Bilal memang kerap dikaitkan dengan adzan. Sebab dia adalah orang pertama yang menjadi muadzin pada zaman Rasulullah saw. Namun kemuliaan Bilal tak hanya karena adzannya, jejak langkah Bilal pernah didengar Rasullah saw. di dalam surga. Sebuah penghargaan yang sangat tinggi bagi setiap orang yang beriman. Suatu hari pada waktu subuh, Rasulullah saw. berbincang-bincang dengan Bilal bin Rabah. Rasul berkata, "Wahai, Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar pahalanya, yang pernah kamu kerjakan dalam Islam. "Sesungguhnya,. aku pernah mendengar suara telapak langkah (jalan)-mu di hadapanku di surga". Bilal menjawab : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tetapi aku tidak wudhu pada waktu malam dan siang, melainkan aku akan menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya".
Jadi, setiap selesai melaksanakan wudhu, Bilal senantiasa melakukan shalat dua rakaat, yaitu shalat sunnah wudhu (syukrul wudhu). perbuatan itu senantiasa dilakukannya dalam setiap kesempatan. Selain itu, ia juga termasuk orang yang senantiasa memelihara. (dawam) wudhu, yakni setiap batal, dia akan langsung berwudhu.
Semasa hidupnya, Bilal tercatat meriwayatkan 44 hadits dari Rasulullah saw. Di antaranya, Rasulullah saw. bersabda : "Hendaklah kalian menunaikan shalat malam (tahajud) karena shalat malam adalah tradisi (kebiasaan) orang-orang shaleh sebelum kalian". Sesungguhnya, shalat malam adalah amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, dapat mencegah dari perbuatan dosa, mengampuni dosa-dosa kecil, dan menghilangkan penyakit dari badan". (1).
Selain sebagai muadzin, Bilal juga pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di baitul mal. Ia tidak pernah absen mengikuti semua penerangan /majelis bersama Rasulullah saw. Tentang Bilal, Rasulullah saw. mengatakan, "Bilal adalah seorang penunggang kuda yang hebat dari kalangan Habasyah. (2)
Bilal meninggal dunia di Damaskus pada 20 H. Jasadnya dimakamkan di sana.
Demikian Kisah Bilal Muadzin Rasulullah saw. Pengumandang Adzan Pertama di Dunia. Semoga bermanfaat dan menambahkan keimanan kita, apapun yang kita amalkan dengan ikhlas pasti Allah memberikan pahala yang berlipat. Aamiin...
(1) HR Tirmidzi
(2) HR Ibnu Abi Syibah dan Ibn Asakir.(1) HR Tirmidzi
0 Response to "Kisah "Bilal" : Muadzin Rasulullah saw. Pengumandang Adzan Pertama Di Dunia."
Post a Comment