6 Alasan Logis Mengapa Hidup Berusaha Untuk Kaya?
Wednesday, August 9, 2017
Add Comment
Kajian Khazanah Islam (Katagori Posting Mu'amalah).
Rasiyambumen / Pelangi Khazanah Islam, memposting materi dengan judul 6 Alasan Logis Mengapa Hidup Berusaha Untuk Kaya?.
Mengapa judul di atas saya ambil, karena masih banyak khususnya umat Muslim salah paham dalam mendefinisikan kalimat fiqih, dari kata Zuhud yang diartikan hidup ini harus miskin. Jadi kaya adalah bukanlah berdosa. Yang Dosa adalah ketika kekayaan diperoleh dengan cara Haram. Walaupun hasil kekayaan yang diperoleh itu kita manfaatkan untuk kemaslahatan manusia, namun tetap saja kita berdosa.
Orang kaya mempunyai sumber daya yang jauh lebih banyak dibandingkan orang miskin. Memiliki uang dan harta memudahkan kita menikmati dunia ini. Tetapi kebanyakan manusia itu kebablasan, terlalu cinta dunia dan melupakan akhirat. Padahal dunia itu hanya sementara sedangkan akhirat adalah kekal abadi. Dari enam alasan logis adalah sebagai berikut :
1. Hidup Kaya Jauh Lebih Bermanfaat.
- Dengan kekayaan kita bisa memberi manfaat lebih banyak dan dapat memberikan yang terbaik bagi diri dan orang lain. Kita bisa membeli rumah layak, memberi pendidikan atau sekolah anak-anak kita yang lebih baik, memberi makan yang bergizi, dan dapat membeli kendaraan dalam rangka kita mencari rizeki dan sebagainya. Anak adalah titipan/amanah Allah yang harus kita jaga agar dapat berkembang dengan baik dan pada akhirnya akan menjadi masyarakat yang bermanfaat.
- Dengan kekayaan di tangan, kita bisa mengulurkan bantuan dan berbuat lebih banyak bagi orang lain. Kalau kaya itu jauh lebih manfaat mengapa ada orang yang mau miskin. Hal ini pasti karena salah mindset dalam otak/pikiranny. Maka mengapa orang kaya lebih bermanfaat karena ia dapat meberdayakan dirinya, dan orang lain dengan hartanya.
- Rasulullah saw, sejak kecil sudah bekerja keras menjadi penggembala kambing dari seorang saudagar kaya, dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Rasulullas saw, juga membantu pamannya Abu Thalib berdagang. Setelah beliau dewasa mulai berdagang sendiri dan menerima kepercayaan orang lain untuk membawa dagangannya, karena beliau terkenal jujur dan amanah. Dari berdagang inipun beliau menemukan jodoh, Syayidana Khadijah, seorang janda kaya raya yang mempercayakan hartanya untuk dikelola beliau dikarenakan tertarik dengan karakter yang dimilikinya. Baca juga yang ini : Cara Menghitung Zakat Perdagangan dan Waktu Membayarnya
- Bukan hanya Rasulullah yang berdagang hingga sukses dan kaya raya, para shabat beliau juga sama. Dengan kekayaan itu maka perjuangan Islam menjadi berkembang hingga dapat mencapai kejayaan. Peperangan dan politik/strategi, tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tanpa ditopang dana, perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah belum tentu mudah dan cepat seperti yang dibuktikan dalam sejarah. Salah satu cotoh dari sahabat Rasulullah yang telah menyumbangkan dana yang sangat besar ketika perjuangan di zaman Rasulullah saw. adalah Utsman bin Affan sahabat yang sangat dekat dengan beliau. Ada fakta dan penelitian bahwa harta Utsman bin Affan, hingga saat ini masih menyumbangkan untuk anak-anak yatim Madinah pada khususnya, dan keperluan lainnya di negara Madinah itu. Yang saat ini dihasilkan dari penggunaan Hotel yang menjadi singgah para jama'ah yang akan menunaikan ibadah haji. Dan ini dikelola oleh otoritas pemerintah Madinah.
- Kekayaan membuat kita mudah membantu aktivitas social dan keagamaan di lingkungan kita. Misalnya mengentaskan kemiskinan anak yatim, membangun panti asuhan, panti jompo, panti cacat, dan mendirikan masjid, musholla, atau rumah tahfidz, majelis ilmu dan majelis zikir, memberangkatkan diri dan keluarga orang lain untuk menunaikan ibadah haji atau umrah, dan lain sebagainya.
- Bukan berarti orang miskin tidak dapat mulia. Kalau mereka tawadhu dan menerima keadaannya, itu wajar. Tapi orang kaya bisa jauh lebih mulia jika dia dapat bersikap tawadhu (tidak sombong), meski dapat saja ia menyombongkan diri. Jika dia gemar memberi pada orang lain yang membutuhkan, maka itu adalah kemuliaan terhadap dirinya. Meskipun ia menahan hartanya untuk diri sendiri dan keluarga saja, tetapi kemuliaan akan dia dapatkan pula.
- Tidak semua orang miskin itu sabar dengan keadaanya, tetapi kadang menjadi gelap mata sehingga menghalalkan segala cara termasuk yang haram untuk memenuhi tuntutan hidupnya. Banyak orang miskin yang tidak segan-segan mencuri, merampok, bahkan membunuh karena desakkan ekonomi. Bahkan ada yang rela menjual agamanya, keluar dari Islam dan memeluk agama lain yang menjamin kebutuhan hidupnya. Begitu murah imannya hanya dikarenakan kemiskinan.
- Orang Isalam harus menjadi terdepan dalam perekonomian global. Rasulullah tidak menghendaki umatnya lemah atau miskin dan tertindas oleh keadaan, dan menjadi bulan-bulanan bangsa kafir, yang jauh lebih kaya, seperti yang sering kita lihat sekarang ini. Pembantaian umat muslim di Palestina, Siria, India, Pakistan, Thailand, Philipina, terus berlangsung, karena umumnya kita lemah dan miskin.
- Kaya mrupakan sarana yang memudahkan kita dalam menempuh kesempurnaan beribadah. Sukakah kita menjadi orang tangan di bawah?. Yang kemana-mana selalu menadahkan tangan berharap pada pemeberian orang lain. Agama melarang kita untuk menjadi hina dan menghinakan diri dengan mengemis/meminta-minta. Dan Rasulullah saw, berpesan kepada umatnya : "jangan kalian mencari rizeki dengan meminta-minta"
- Jadilah muslim yang terhormatdan disegani oleh mereka yang non muslim. Kaya tapi tak segan untuk menolong meraka yang membutuhkan, termasuk mereka yang non muslim sekalipun. semoga kebaikan kita akan memberikan hidayah dan menarik mereka kepada jalan yang lurus (Diinul Islam).
- Jadilah muslim yang terhormat, bermanfaat, memiliki harga diri dan disegani. Bukan hanya karena agamanya tetapi juga akhlak yang tidak pernah ragu untuk memberi pertolongan pada orang lain yang membutuhkannya.
- Jangan suka meminta hal-hal yang gratisan terus menurus, itu akan dapat menghalangi rizeki. Bangkitkan potensi diri., dan jadilah magnet rezeki.
- Pertanyaannya apakah kita mampu memberikan pertolongan, sementara diri sendiri saja masih sangat butuh bantuan orang lain?. Tentu kita dapat memberi jika kita berlebih. Jika kita saja, kekurangan dan masih butuh, bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi berbagai?. Wallahu 'alam.
Sumber :
Fiqh Islam, Oleh H.SULAIMAN RASJID
Cetakan Ketujuhbelas. Penerbit Attahiriyah Jakarta.
0 Response to "6 Alasan Logis Mengapa Hidup Berusaha Untuk Kaya?"
Post a Comment