Kisah Umair Bin Wahb Setelah Kekalahan Perang Badar.
Saturday, October 28, 2017
Add Comment
Kajian Khazanah Islam (katagori peosting Kisah)
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu mengiringi kita dalan seluruh aktivitas di dunia ini untuk mendapatkan kebahagiaan dan mencari Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Rasiyambumen.com, mempost materi Kisah Umair bin Wahb Setelah Kekalahan Perang Badar. Umair bin Wahb adalah seorang pahlawan kaum Quraisy yang gagah berani dan ditakuti karena kecerdikannya. Dia berasal dari Kabilah Jamh dan sangat loyal pada kelompoknya bahkan sempat berencana untuk membunuh Rasulullah saw, Namun ketika hendak melaksanakan pembunuhan tersebut, Allah memberi hidayah kepadanya dan dia segera masuk Islam.
Inilah kisah Umair bin Wahb yang sungguh menjadi bahan ibroh bagi kita sebagai umat muslim bahwa kalau Allah telah memberikan pertolongan kepada siapun yang Dia kehendaki, maka tak seorangpun dapat menghentikannya. Dan sebaliknya ketika Allah memberikan kemudaratan atau kehancuran maka tak satu-pun yang dapat menolaknya.
Baca yang ini : Hukum Dan Tata Cara Ziarah Kubur Sesuai Tuntunan Islam
Sejarah tidak banyak mencatat tentang masa kecil Umair bin Wahb hanya menyentuh kehidupannya sebagai seorang remaja yang mempunyai kekuatan dan kedewasaan dalam berpikir. Pendapat-pendapatnya selalu dibenarkan orang-orang yang berpengaruh dalam kabilahnya. Tidak hanya itu sejarah menyebutkan tentang langkah dan kejutan yang dibuatnya serta kemahirannya dalam renang.
Dalam buku yang berjudul "Kesatria Pilihan Di Sekitar Rasulullah", karya Abdurraman,Umair dikisahkan bahwa kecepatannya menunggang kuda, Umair bin Wahb dapat mengimbangi kecepatan burung yang terbang. Kecepatan lari Umair bin Wahb dapat mengalahkan kecepatan dua kuda yang menarik gerobak, dan kemampuannya dalam berenang dapat mengikuti kecepatan ikan berenang. Dan yang demikian menjadikan Umair ketika waktu sore kepulangan ke rumah, dia kerap membawa hewan buruannya; seperti burung dan ikan.
Ketika masih dalam keadaan kafir, dirinya mendengar ada seorang pemuda keturunan Abdul Muthalib (Muhammad bin Abdullah) menghina dan menghancurkan patung, serta berhala dan sekaligus menyeru kepada umat manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka orang-orang Quraisy termasuk dirinya bertekad memerangi Muhammad dan para pengikutnya.
Menjelang perang Badar orang-orang kafir Quraisy tak terkecuali Umair, keluar dengan peralatan perang yang lengkap untuk menghancurkan umat Islam. Mereka berjalan sampai ke air Badar. Namun umat Islam telah sampai terlebih dahulu dan mengusasi tempat itu. Lalu Umair dan rombongan Quraisy tersebut melakukan pengintaian tentang jumalh pasukan dan kekuatan lawan. Diantara anggota dan pasukan pengintaian tersebut adalah Umair.
Sekembalinya Umair dari tempat pengintaiannya, dirinya menjelaskan hasil pengintaiannya "Aku telah menaiki bukit tersebut dan terlihat olehku di lembah Badar, aku melihat tidak menemukan kekuatan sama sekali pada pasukan Muslim"
Mereka yang mendengarkannya bertanya, "Berapa kira-kira jumlah personil perang mereka? Umair menjawab, "Mereka tidak lebih dari 300 personil. Kalupun lebih hanya sekidit sekali, dia memliki 70 pasukan unta dan dua orang pasukan berkuda.
Mereka bersorak dan berteriak, "Kamu pasti dapat merampas senjata, dan tanah akan dibanjiri dengan darah" Mendengar yel-yel dan dengan kata-kata semangat, Umair berkata : " Wahai kaumku, aku melihat cita-cita yang gemilang dan akan mendatangkan kematian kepada musuh kita"
Dia terdiam sejenak, kemudaian berkata : "Kami akan menyusuri Yasrib / Madinah dengan penuh kematian." Yaitu satu umat yang tidak mempunyai perisai kecuali pedang (umat Islam). Seorang yang sholeh berkata : "Bukankah kamu dapat menyaksikan seorang tuna wicara? Tapi mereka dapat menyusuri kematian itu. Aku tidak melihat satu pasukan mereke (umat Islam), kecuali personil kita yang terbunuh"
Salah seorang, bernama Hakim bin Hizam mengatakan, kepada bangsanya untuk sebaiknya kembali ke Mekkah saja. Kemudian pernyataan tersebut dibenarkan oleh Syibah dan Utbah. Ketiga orang itu adalah termasuk orang Shaleh di kalangan mereka. Ketiganya mengingatkan pasukan Quraisy untuk kembali ke Mekkah. Utbah berkata : "Janganlah kalian menolak nasihatku ini dan jangan meremehkan pasukan umat Islam tersebut".
Namun di lain sisi, ketika Abu Jahal mendengar perkataan Utbah tersebut, dia terus menghasut orang-orang kafir Quraisy untuk menyerukan peperangan. Orang-orang kafir Quraisy merasa mereka di atas angin.
Namun kenyataanya Allah memberikan kemenangan mutlak di pihak kaum Muslim padaa perang tersebut. (Perang Badar).
Hal kemenangan bagi umat Islam diterangkan Allah dalam Al-Qur'an yang tersebut di bawah ini :
"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah, Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya". (QS Ali Imran : 123).
"Ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang mu'min "Apakah tidak cukup bagi Kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit?)" (QS Ali Imran : 124)
"Ya (cukup) jika kamu bersabar dan bersiap siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda". (QS Ali Imran : 125)
"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)-mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa labi Maha Bijaksana. (QS Ali Imran 126).
Kekalahan Umair beserta pasukannya dan kelompoknya, kembali dengan membawa kesedihan yang amat mendalam. Terlebih Umair, karena buah hatinya yang bernama Ahab bin Umair ditawan oleh umat Islam. Dirinya gelisah hingga tidak dapat menguasai diri untuk bersabar dan berlaku bijak. Begitu pula halnya dengan Sufyan bin Umayyah, sebab ayahnya terbunuh dalam perang Badar tersebut. Sufyan berkata : "Tidak ada kebaikan sedikit pun setelah perang Badar". Umair menanggapi perkataanya, : "Jika aku tidak mempunyai agama dan keluarga, niscaya aku keluar untuk membunuh Muhammad".
Sufyan beratanya kembali : "Bagaimana mungkin kau dapat membunuhnya?" Umair menjawab, Sesungguhnya aku masih memiliki hubungan keluarga (di antara umat Islam) dengan mereka dan putraku di tawan"
Mendengar ucapan Umair tersebut Sufyan melihat ada jalan untuk dapat membalas dendam. Kemudian di berkata kepada Umair, Agamamu adalah agamaku dan keluargamu adalah keluargaku. Aku akan membantu mereka selama mereka berada di sana" Umair menjawab, "Rahasiakan rencana kita ini"
Maka ketika bekal perjalanannya sudah cukup dan siap, dia segera pergi ke Yasrib/Madinah, mengendalikan kudanya bagaikanangin bertiup kencang. Dalam hatinya dia berharap pedangnya dapat memberi kenangan tersendiri, yakni membunuh Muhammad bin Abdullah. Tidak berapa lama kemudian kaki kudanya telah menginjak kota Madiah dan menerbangkan debu-debu karena cepatnya lari kuda tersebut.
Kedatangannya diketahui oleh Umar Bin Khattab r.a. yang sedang duduk-duduk di depan pintu masjid denga para sahabat. Menyaksikan kedatangannya tersebut, Umar tak henti-hentinya mengamatinya.
"Dia adalah musuh Allah. Kedatangannya pasti untuk berbuat jahat, karena dialah yang mengadu domba dan memaksa kami untuk berperang di Badar" kata Umar.
Kemudaian Umar menghadap Rasulullah saw. dan berkata ; "Wahai Nabi Allah, ini adalah musuh Allah datang dengan menyandang pedangnya"
Rasulullah SAW. bersabda, "Hadapkan dia kepadaku"
Umar bin Khattab memohon izin kepada Rasulullah SAW dengan mengalungkan pedang di lehernya dan memerintahkan orang-orang yang datang bersamanya untuk menghadapkan Umair bin Wahb kepada Rasulullah Saw.
Orang-orang Anshar segera membawa Umair menghadap Rasullah SAW. sedang Umar memegangi tali pedang yang berada di leher Umair. Rasulullah SAW bersabda, "Lepaskanlah dia, wahai Umar"
Rasulullah berkata kepada Umair, "Mendekatlah". Kemudian Umair pun mendekat, Berbuat baiklah kamu di waktu pagi" Itulah kata penghormatan kepada orang-orang jahillah. Rasulullah SAW. bersabda : Allah telah memuliakan kami dengan penghormatan yang lebih baik dari perhormatanmu, ya, Umair. Yaitu penghormatan ahli Surga"
Umair berkata ; "Ya Muhammad, jika engkau seperti itu berarti engkau mempunyai ajaran baru"
Nabi bertanya, "Mengapa engkau datang ke sini?".
Umair menjawab : "Aku datang kesini untuk memohon pembebasan seorang tawanan yang kau tawan"
Nabi bertanya : "Mengapa engkau membawa pedang?"
Umair menjawab : "Ya ini hanya untuk menjaga diri"
Nabi kembali bertanya , : "Apa benar tujuanmu ke sini hanya untuk itu?"
Umair menjawab, "Memang benar, tujuanku ke sini hanya untuk pembebasan seorang tawanan"
Rasulullah lantas bersabda, ; "Bukankah engkau dan Sufyan duduk bersama di Hijr? Kalian berdua membicarakan tentang korban perang Badar. Kemudian kamu berkomentar, "Jika aku tidak mempunyai agama dan keluarga niscaya aku keluar untuk membunuh Muhammad". Sufyan bin Umayyah menanggung agama dan keluargamu agar kamu dapat membunuhku. Lau Rasulullah bersabda. Hanya Allah yang dapat menghalangimu dari masalah itu"
Umair menjawab, : "Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah. Ra Rasulullah, kami telah mendustakanmu dengan berita yang kau bawa dari langit dan wahyu yang turun kepadamu. Sebetulnya masalah tersebut hanya aku dan Sufyan yang tahu. Demi Allah, engkau mengetahui masalah tersebut hanya dari Allah. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepadaku dan telah membawaku kehadapanmu"
Lalu Umair bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Rasulullah SAW, bersabda, : "Ajarkan agama dan Al-Qur'an kepadanya dan bebaskan tawanannya" Para sahabat segera melaksanakan perintah Rasulullah SAW.
Umair berkata, "Ya Rasulullah SAW, aku telah berjuang sekuat tenaga untuk menghancurkan cahaya Allah dan sangat memusuhi orang-orang yang menganut agama Allah. Sekarang aku senang bila engkau mengizinkan aku kembali ke Mekkah dan menyeru penduduk Makkah untuk masuk agama Allah dan Rasul-Nya.
Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka untuk memeluk agama yang benar.
Baca Juga yang ini : KISAH ATHEIS/KAFIR YANG MENDAPAT AMPUNAN ALLAH
Rasulullah SAW mengizinkannya.
Umair segera kembali ke Mekkah dengan perasan bangga dan suka cita, karena pada dirinya terdapat keimanan yang baru, yaitu keimanan yang tak terduga sebelumnya.
Demikian uraian Kisah Umair Bin Wahb Setelah Kekalahan Perang Badar. Semoga kisah ini bermanfaat dan menjadikan iman kita bertambah kepada Allah SWT. Aamiin....
0 Response to "Kisah Umair Bin Wahb Setelah Kekalahan Perang Badar."
Post a Comment