Siti Aisyah r.a. Sebagai Pengusung Ilmu Pengetahuan
Monday, October 23, 2017
Add Comment
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Rasiyambumen.com mempost.materi; Siti Aisyah r.a. Sebagai Pengusung Ilmu Pengetahuan.
Pada masa kecilnya, Siti Aisyah tumbuh dan terdidik oleh tangan sorang ahli agama, murid langsung Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw. adalah hamba Allah yang memiliki keteladanan paling sempurna yang diciptakan-Nya dengan akhlaq terindah. Hal itu telah difirmankan di dalam Al-Qur'an sebagai berikut :
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung"(QS,Al-Qalam: 4)
Siti Aisyah r.a sering disebut-sebut sebagai pengusung panji ilmu. Dia sangat cerdas dalam memahami situasi kejadian saat itu. Dialah wanita andalan kaumnya dalam persoalan-persoalan rumah tangga. Hal itu sangat memungkinkan, sebab ayahnya keturunan Arab, dan salah seorang pembesar mereka.
Dalam buku yang berjudul "Perempuan-Perempuan Al-Qur'an" karya Abdurrahman Ummairah, diceritakan bahwa Siti Aisyah berkeluarga, beliau hidup di rumah kenabian, tempat wahyu Allah diturunkan. Kitab penuntun hidup manusia turun di tempat ia tinggal maka itulah, Al-Qur'an yang dibaca siang dan malam. Tak heran bila Siti Aisyah r.a. mengerti makna sejati ajaran-ajarannya dan berbagai rinciannya.
Gambaran tentang kecerdasan Siti Aisyah r.a. dapat kita tangkap lewat kekaguman Urwah terhadap-nya.
Suatu hari Urwah berkata ; "Wahai Ummul Mukminin, saya tak heran atas kepandaianmu dalam soal agama. Sebab Anda adalah istri Rasulullah saw. dan putri Abu Bakar Ash Shiddiq. Sayapun tidak terkejut atas kemahirannmu tentang syair dan hari-hari orang besar. Sebab Anda adalah putri Abu Bakar yang terkenal cerdas. Tetapi yang saya takjub terhadap diri Anda adalah kepandaian dalam pengobatan, dari mana Anda memperolehnya?.
Atas pujian itu, Siti Aisyah r.a menjelaskan : "Ya Aba Uraiyah, ketika Rasulullah saw. sakit sampai dengan akhir hayatnya, utusan-utusan dari berbagai penjuru negeri Arab datang. Mereka membawa resep yang baik untuk pengobatan beliau sehingga saya mempraktekanya dalam pengobatan terhadap beliau.
Komentar dari yang lain tentang kecerdasan Siti Aisyah r.a juga dinyatakan oleh Az-Zuhri : "Seandainya semua ilmu yang dimiliki istri-istri Nabi saw. dikumpulkan, belum dapat menandingi ilmu-ilmu yang dimiliki Siti Aisyah r.a."
Siti Aisyah r.a sendiri memiliki potensi untuk menyerap berbagai ilmu.
Kesukannya mendengarkan dengan seksama dan selalu bertanya kepada para ahlinya pengobatan yang datang saat Rasulullah sakit menjelang wafatnya, membuat dia memperoleh ilmu pengobatan. Dalam shohehnya ada 297 hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Dalam Muttafaq Alaih, sebanyak 174 hadits. Karena itu ulama hadits mengatakan bahwa Aisyah r.a. termasuk perawi hadits yang banyak periwayatnya.
Kesukannya mendengarkan dengan seksama dan selalu bertanya kepada para ahlinya pengobatan yang datang saat Rasulullah sakit menjelang wafatnya, membuat dia memperoleh ilmu pengobatan. Dalam shohehnya ada 297 hadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Dalam Muttafaq Alaih, sebanyak 174 hadits. Karena itu ulama hadits mengatakan bahwa Aisyah r.a. termasuk perawi hadits yang banyak periwayatnya.
Tidak Terbatas Pada Ilmu Hadits.
Kecerdasan Siti Aisyah r.a juga menonjol dalam ilmu tafsir. Ketika Urwah menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 158 yang artinya "Sesungguhnya shafa dan Marwa adalah sebagian syiar Allah. Maka barangsiapa beribdaha ke haji ke Baitullah atau bersyiar Allah. Maka barang siapa bderibadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Mengetahui"
Urwah berkata, "Demi Allah, sesungguhnya tiada dosa bagi seseorang untuk tidak ber-sa'i antar bukit Shafa dan Marwa."
Namun dengan tangkas Siti Aisyah r.a. menyangkal, "Wahai saudaraku, andakata pendapatmu benar bahwa tidak melakukan sa'i antara Syafa dan Marwa tidaklah dosa dalam melaksanakan haji, maka ketahuilah bahwa ayat tersebut berkenaan dengan orang Ansyar. Sebelum memeluk Islam mereka telah ber-sa'i untuk menyembah patung Mana di ngarai gunung, dan orang-orang yang berada di sana mendapat rintangan untuk melaksanakan tawaf anatara Syafa dan Marwa. Setelah masuk Islam, orang-orang Anshar tersebut berkata , "Ya Rasuulullah, kami mendapatkan rintangan dalam melaksanakan tawaf antara Syafa dan Marwa. Saat itulah turun ayat Allah surat Al-Baqarah ayat 158.
Siti Aisyah r.a menambah penjelasannya : " Nabi saw. telah berjalan mengelilingi dua bukit tersebut dan tiada seorang pun yang meninggalkan tawaf antara keduanya"
Tiada puas dengan pendapatnya sendiri, lalu Siti Aisyah r.a datang kepada ayahnya mengenai persolan ini. Tetapi bahkan Abu Bakar Ash Siddiq berkomentar : " Sungguh ini ilmu yang belum kudengar sebelumnya. Aku telah banyak mendengar orang-orang pandai menerangkannya, tetapi tidak seperti yang diterangkan Aisyah r.a."
Siti Aisyah r.a dengan pengetahuannya yang dalam, menjelaskan mengenai tawaf antara Syafa dan Marwa, dan menyebut-nyebut bahwa sebelum turun firman Allah surat Al-Baqrah ayat 158, orang-orang yang melaksanakan sa'i antara Syafa dan Marwa secara keseluruhan. Tetapi setelah Allah swt. menyebut Thawaf di Baitul Haram, tidak lagi menyebut tawaf di Syawa dan Marwa, turunlah ayat lagi sebagai kelanjutan surat yang turun sebelumnya. Firman Allah sebagai berikut :
"Sesungguhnya Syafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barang siapa beribadah ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya menger-jakan sa'i antara keduanya. Dan barang siap yang mengerjakannya suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan, lagi Maha Mengetahui" (QS Al-Baqarah : 158)
Atas penjelasan tersebut, Abu Bakar kemudaian berpendapat ayat tersebut turun berkenaan dengan adanya dua kelompok manusia yang mereka mendapat rintangan untuk bertawaf antara Syafa dan Marwah, pada zaman jahilliyah, dan mereka yang mendapat halangan untuk bertawaf antara keduanya. (Sfafa dan Marwah).
Begitulah Siti Aisyah r.a tentang kepandaiannya dalam ilmu tafsir, lihat dalam hal syair dan berbagai ilmu lainnya. Begitu lancar dan fasih lidah Aisyah.r.a. Kalu ia berbicara, kalimatnya mempesona pendengarnya, dan bila menyusun kata-kata dapat menyentuh Qalbu mereka. Siti Aisyah r.a memang pandai berkata-kata, pandai mengungkapkan rasa dan menyampaikan hikmah.
Baca juga yang ini : 8 MUKJIZAT AL-QUR'AN DAN KEISTIMEWAANNYA. APA SAJA ? BACALAH PENJELASAN DIBAWAH INI.
Al-Ahnaf bin Qais membuat penelitian tentang pribadai Aisyah r.a.
"Saya pernah mendengar khotbah Abu Bakar Ash-Siddiq r.a., Umar Bin Khattab r.a Ustman bin Affan, r.a. Ali bin Abi Thalib r.a. dan khalifah -khalifah yang lainnya hingga saat ini" Tetapi saya tak pernah mendengar dari lidah makhluk Allah yang lebih fasih dan lancar daripada Aisyah.r.a.
Juga Musa bin Thalhah berkata tentang Aisyah r.a. "Saya tidak pernah mendengar suatu hujah yang lebih fasih dari kefasihan Aisyah r.a.
Tak ketinggalan Muawiyah menyanjung istri Nabi tersebut dengan mengatakan " Demi Allah, aku tidak pernah mendengar khutbah seorang khatib yang melebihi kefasihan Aisyah. r.a.
Dari pernyatan-pernyataan di atas itu membuktikan kepiwaian Siti Aisyah r.a dalam pengusung ilmu pengetahuan.
Demikian uraian tentang Siti Aisyah r.a Sebagai Pengusung Ilmu Pengetahuan. Semoga bermanfaat dan menambah semangat kita untuk terus tidak berhenti dalam menuntut ilmu. Insya Allah.
0 Response to " Siti Aisyah r.a. Sebagai Pengusung Ilmu Pengetahuan"
Post a Comment