Rasa Cinta di Hati Abbad bin Bisyir terhadap Al-qur'an Sangatlah Melekat.
Thursday, January 18, 2018
Add Comment
Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan serta mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Dari usianya yang relatif masih dibawah remaja, rasa cinta di hati Abbad bin Bisyir terhadap Al-qur'an telah mendapat tempat khusus di hatinya. Saat itu dia sering mendengarkan Mus'ab bin Umar membaca al-quran dengan suara yang indah dan lembut. Waktu itu Abbad usianya baru menginjak 13 tahun. Siang dan malam dia selalu mengulang bacaan al-quran yang sering dibacanya oleh Mus'ab bin Umar, sehingga dia dikenal sebagai sahabat Al-qur'an.
Seiring dengan berjalannya waktu Abbad bin Bisyir beranjak dewasa dan menjadi remaja yang kuat gagah perkasa dengan keteguhan imannya dan selalu membaca alquran serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Saat pembagian harta rampasan perang Abbad bin Bisyir sulit ditemukan. Pada tahun keempat Hijriyah, Madinah mendapat ancaman pertahanan, baik dari dalam maupun dari luar. Saat itu Bani Nadir yang dikenal sebagai suku Yahudi memutus kesepakatan dengan Rasulullah saw. Bahkan mereka membuat rencana untuk membunuh Rasulullah saw. Akibat ulah mereka, umat Islam mengusir mereka tepat pada bulan Safar. Dua bulan setelah itu, umat Islam mengalami masa kesulitan. Mereka ketika itu membutuhkan bantuan pertahanan untuk memperkuat keutuhan wilayah.
Berbarengan dengan kesuliatan itu, Rasulullah saw. mendapat kabar bahwa berbagai suku dari Najad berencana menyerang Madinah. Untuk mengatasi serangan tersebut Rasulullah saw, mengumpulkan kekuatan pasukan dengan empat ratus orang. Ketika itu Utsman bin Affan bertanggung jawab untuk menjaga kota Madinah.
Salah seorang pejuang Madinah yang masyhur adalah Abbad bin Bisyir. Lalu berjalanlah Rasulullah menuju Najad, dan sesampainya di Najad, Rasul dan tentaranya hanya menemukan pemukiman yang kosong, yang ada hanya para wanita dan anak-anak saja. Ternyata mereka yang memusuhi Rasullah saw. bersembunyi di atas bukit.
Datanglah waktu shalat Ashar tiba, Rasulullah saw. khawatir suku yang memusuhinya itu akan menyerang saat mereka sedang melaksanakan shalat. Kemudian Rasul mengatur pasukannya menjadi dua kelompok dan melakukan shalat di sebuah tempat.
Baca juga yang ini : Pengorbanan Harta dan Jiwa Para Sahabat, Dalam Perang Tabuk.
Bersama satu kelompok, Rasul melaksanakan satu rakaat. Sementara kelompok lainnya berdiri berjaga-jaga. Saat rakaat kedua, kelompok yang shalat mengubah posisi. Setiap kelompok menyele-saikan shalatnya dengan satu rakaat setelah Rasul selesai.
Saat melihat barisan Muslim berbaris rapih, musuh Islam merasa takut dan tidak nyaman. Dalam perjalanan pulang, dan tujuan ke kampung halaman yang masih jauh, dirasa tidak mungkin sampai pada hari itu, karena hari sudah menjelang sore dan masuk waktu malam, maka Rasulullah saw. dan pasukannya kemudian memutuskan untuk berkemah di sebuah lembah untuk bermalam. Saat kelompok Muslim mengikat Untanya, Rasulullah saw, bertanya siapa yang akan menjadi penjaga malam itu.
Abbad bin Bisyir dan Ammar bin Yas kompak menjawab bersedia berjaga. Keduanya memang telah dipasangkan oleh Rasulullah saw, sebagai saudara dari Muhajirin dan Anshar saat Rasulullah tiba di Madinah.
Abbad bin Bisyir dan Ammar bin Yas pergi ke mulut lembah untuk menjalankan tugas. Abbad melihat bahwa saudara laki-lakinya sudah lelah, lalu bertanya kepadanya, "Bagian malam mana yang Anda ingin tidur pertama atau yang kedua?" kemudian Ammar menjawab, dirinya akan tidur pada bagian pertama.
Malam itu cuaca cerah, tenang dan damai, bintang-bintang, pepohonan, dan bebatuan terlihat tampak diam. Abbad bin Bisyir merasa tenang, dikarenakan tidak ada gerakan, tidak ada tanda yang mengancam. Dalam hatinya bertanya mengapa tidak aku habiskan waktu ini dengan shalat dan membaca al-quran?. Betapa menyenagkan untuk menggabungkan shalat dengan membaca Al-quran dan menghayati makna yang terkadung di dalam setiap ayat.
Setelah dia merenungkan hal itu lalu dia mendirikan shalat. Dan membaca sebuah surat setelah membaca Al-Fatihah, tiba-tiba terasa ada yang menancap di pangkal lengannya ternyata sebuah anak panah dan ia mencabutnya lalu melanjutkan shalatnya.
Tidak lama anak panah kedua mendesing dan mengenai anggota tubuhnya yang lain. Dia tetap khusu' tanpa menghentikan shalatnya. Ia hanya mencabut anak panahnya dan melanjutkan bacaan al-quran itu dalam shalatnya. Musuh kemudian memanah untuk ketiga kalinya. Abbad bin Bisyir kembali menarik anak panah tersebut dan mengakhiri bacan al-qur'an dalam shalatnya, lalu ruku dan sujud. Dia tetap menyelesaikan shalanya meski dengan tenaga yang semakin lemah karena menahan sakit.
Saat duduk diantara dua sujud, dia mengulurkan tangannya kepada Ammar yang sedang tidur disampingnya dan ditariknya sampai terbangun. Setelah itu dia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud dan menyelesaikan shalatnya.
Ammar kemudian bangun dan mendengar suara kawannya terputus-putus karena menahan sakit. "Gantikan aku berjaga karena aku telah terkena panmah" Ammar segera bangun dari tidurnya dan musuh pun melarikan diri.
Ammar pun bertanya : "Mengapa tidak membangunkannya saat tembakan panah yang pertama?". Jawab Abbad, : "Ketika aku shalat tadi, aku membaca bebera ayat Al-quran yang amat mengharukan hati, hingga aku tak ingin menghentikannya".
Demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasulullah saw kepada kita untuk menjaganya dengan sungguh-sungguh, dan aku lebih baik mati daripada memutuskan ayat-ayat yang sedang kubaca itu. Abbad dikenal amat mencintai Rasulullah saw dan agamanya. Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh hidupnya. Sejak peritiwa peristiwa itu, Rasulullah saw. membicarakan kelompok Anshar dan Abbad menjadi bagian dari mereka.
Rasulullah saw. berkata : "Hai golongan Anshar, kalian adalah inti, sedangkan golongan lain adalah kulit ari, maka tidak mungkin aku diciderai oleh kalian". Sejak mendengar perkataan Rasullah tersebut, Abbad bin Bisyir rela menyerahkan harta bendanya, nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga setiap medan pertempuran, dia akan muncul menjadi orang yang pertama di depan pasukan.
Baca yang ini juga : KISAH ANAS BIN MALIK
Namun saat pembagian harta rampasan perang (ghonimah), Abbad bin Bisyir sulit ditemukan. Abbad juga dikenal sebagai ahli ibadah yang tekun. Dia juga gigih saat berjuang, dan dermawan. Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad adalah seorang yang mendapat karunia cahaya dari Allah Swt. Penglihatannya yang jelas dan menjadi pengganti penerangan di malam hari yang kelam.
Dan penglihatannya dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan, tanpa mencari dengan susah payah. Bahkan sahabat-sahabatnya percaya matanya dapat melihat benda-benda yang sulit terlihat sekalipun. Jika Abbad berjalan di waktu malam, terlihatlah berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi jalan yang akan ditempuhnya.
Demikian kisah singkat Rasa cinta di hati Abbad bin Bisyir terhadap Al-qur'an yang sangat melekat. Semoga dari kisah ini menjadi inspirasi kepada kita untuk giat membaca Al-Qur'an dengan penuh keikhlasan.
0 Response to "Rasa Cinta di Hati Abbad bin Bisyir terhadap Al-qur'an Sangatlah Melekat. "
Post a Comment