Sejarah Paling Pahit bagi Rasulullah saw. Pada Awal Dakwah di Kota Thaif.
Saturday, January 13, 2018
Add Comment
Foto Diatas lembah Al-Hada di kota Thoif. |
Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Sejarah)
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Sejarah paling pahit bagi Rasulullah saw. pada awal dakwah di kota Tahif, hal yang sangat dirasakan sepeninggal pamannya Abu Thalib dan istri tercintanya Khadijah r.anha, gangguan suku Quraisy terhadap Rasulullah saw. semakin meningkat. Kaum Quraisy tak peduli atas kesedihan yang tengah dialaminya oleh diri Rasulullah saw. Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk keluar dari Makkah menuju kota Thaif kurang lebih 67 km dari kota Mekkah dan beliau berharap dengan hati yang bulat penduduk kota Thaif mau menerimanya.
Harapan Rasulullah saw. ternyata tinggal harapan. Penduduk kota Thaif menolak terhadap Rasulullah saw. Kenyataan ini sangat menggores kesedihan dan terasa pait dalam perasaan hati Rasullah saw. Maka beliaupun kembali ke Mekkah dalam keadaan sedih yang amat terasa sempit dan susah.
Kedadaan ini diceritakan Rasulullah saw saat ditanya oleh istrinya Aiyah r.anhuma. :
هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ عَلَيْكَ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
"Apakah pernah datang kepadamu atau kamu alami satu hari yang lebih berat dibandingka dengan saat perang Uhud?"
Beliau saw. menjawab : Aku telah mengalami penderitaan dari kaumku. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat Aqabah, saat aku menawarkan diri kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kulal tetapi tidak memenuhi permintaanku. Akupun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika di Qarmust-Tsa'alib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu ternyata ada Malaikat Jibril lalu ia memanggilku dan berseru : Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah Azza wa Jalla telah mengirim mlakikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka.
Malaikat (penjaga) gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata : Wahai Muhammad! Jika engkau mau aku bisa menimpakan Akhsabain" (1)
Baca juga yang ini :Sesaat Setelah Rasulullah SAW. Wafat, Kaum Murtad Merajalela.
Lalu Rasulullah saw. menajawab : "(tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitulah sambutan penduduk Thaif. Penolakan mereka saat itu sangat mempengaruhi jiwa Nabi saw. sehingga beliaupun besedih. Namun kesedihan ini tidak berlangsung lama. Karena sebelum Beliau saw. sampai di Mekkah, saat melakukan perjalanan kembali dari Thaif, Rasulullah saw. mendapat pertolongan Allah Azza wa Jalla. Pertolongan ini sangat berpengaruh positif pada jiwa Beliau saw. mengurangi kekecewaan karena penolakan penduduk Thaif, sehingga semakin menguatkan tekad dan semangat Beliau saw. dalam mendakwahkan din (agama yang hanif ini).
Dua Jenis Pertolongan Allah SWT.
Pertolongan pertama datang saat Beliau saw, berada di Qamuts-Tsa'lib atau Qarnul-Manazil. (2). Allah Azza wa Jalla mengutus Malaikat Jibril AS. bersama malaikat penjaga gunung yang siap melaksanakan perintah Rasulullah saw, atas perlakuan buruk penduduk Thaif itu. Namun tawaran ini ditolaknya oleh Beliau saw. Beliau saw. tidak berkeinginan melampiaskan kekecewaan atas penolakan penduduk Thaif. Justru sebaliknya. Belia saw. mengharap agar dari penduduk Thaif ini terlahir generasi bertauhid yang akan menyebarkan Islam. Inilah akhlak Rasulullah saw. yang teramat agung. Saat beliau saw. mampu membalas perlakuan buruk dari kaumnya, namun justru memberikan maaf dan mendoakan kebaikan. Demikian ini selaras dengan beberapa sifat beliau yang dicertitakan dalam Al-Qur'an, seperti sifat lemah lembut (3) kasih sayang dan sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya.(4)
Kemudian datang pertolongan yang kedua, yaitu saat Beliau saw. berada di lembah Nakhlah dekat Mekkah. Beliau saw. tinggal disana selama beberapa hari. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla mengutus sekelompok bangsa Jin kepada Beliau saw. (5) Mereka mmendengarkan al-qur'an dan kemudian mengimaninya. Peristiwa itu disebutkan Allah Azza wa Jalla dalam dua surat, yaitu surat al-Akhqaf dan al-Jin ayat 1-15. Allah berfirman dalam sura al-Ahqaf (46) ayat 29-31
Baca juga yang ini :Sesaat Setelah Rasulullah SAW. Wafat, Kaum Murtad Merajalela.
Lalu Rasulullah saw. menajawab : "(tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitulah sambutan penduduk Thaif. Penolakan mereka saat itu sangat mempengaruhi jiwa Nabi saw. sehingga beliaupun besedih. Namun kesedihan ini tidak berlangsung lama. Karena sebelum Beliau saw. sampai di Mekkah, saat melakukan perjalanan kembali dari Thaif, Rasulullah saw. mendapat pertolongan Allah Azza wa Jalla. Pertolongan ini sangat berpengaruh positif pada jiwa Beliau saw. mengurangi kekecewaan karena penolakan penduduk Thaif, sehingga semakin menguatkan tekad dan semangat Beliau saw. dalam mendakwahkan din (agama yang hanif ini).
Dua Jenis Pertolongan Allah SWT.
Pertolongan pertama datang saat Beliau saw, berada di Qamuts-Tsa'lib atau Qarnul-Manazil. (2). Allah Azza wa Jalla mengutus Malaikat Jibril AS. bersama malaikat penjaga gunung yang siap melaksanakan perintah Rasulullah saw, atas perlakuan buruk penduduk Thaif itu. Namun tawaran ini ditolaknya oleh Beliau saw. Beliau saw. tidak berkeinginan melampiaskan kekecewaan atas penolakan penduduk Thaif. Justru sebaliknya. Belia saw. mengharap agar dari penduduk Thaif ini terlahir generasi bertauhid yang akan menyebarkan Islam. Inilah akhlak Rasulullah saw. yang teramat agung. Saat beliau saw. mampu membalas perlakuan buruk dari kaumnya, namun justru memberikan maaf dan mendoakan kebaikan. Demikian ini selaras dengan beberapa sifat beliau yang dicertitakan dalam Al-Qur'an, seperti sifat lemah lembut (3) kasih sayang dan sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya.(4)
Kemudian datang pertolongan yang kedua, yaitu saat Beliau saw. berada di lembah Nakhlah dekat Mekkah. Beliau saw. tinggal disana selama beberapa hari. Pada saat itulah Allah Azza wa Jalla mengutus sekelompok bangsa Jin kepada Beliau saw. (5) Mereka mmendengarkan al-qur'an dan kemudian mengimaninya. Peristiwa itu disebutkan Allah Azza wa Jalla dalam dua surat, yaitu surat al-Akhqaf dan al-Jin ayat 1-15. Allah berfirman dalam sura al-Ahqaf (46) ayat 29-31
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadap-kan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pemba-caan (nya) lalu mereka berkata : Diamlah kamu (untuk mendengar-kannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringa-tan." (QS al-Ahqaf : 29)
"Mereka berkata hai kaum kami, sesungguhnya kami telah men-dengarkan kitab (al-qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebe-lumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus". (QS al-Ahqaf : 30).
"Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih". ( QS al-Ahqaf : 31)
Untuk para pembaca, surat Al-Jin ayat 1-15 yang menceritakan serombongan jin yang mendengarkan wahyu Allah yang sedang diturunkan kepada Nabi saw. silahkan dibuka Al-Qur'an (nomor urut Surat al-Jin adalah 72).
Kedua peristiwa di atas meningkatkan optimisme Beliau saw sehingga bangkit berdakwah dengan penuh semangat tanpa peduli dengan berbagai penentangan yang akan dihadipinya.
Perlindungan Al Muth'im bin Adiy
Setelah kembali ke Mekkah Beliau saw mendapatkan perlindungan dari al-Muth'im bin Adiy, sehingga kaum kafir Quraisy tidak leluasa mengganggunya. Al-Muth'im memiliki dua jasa sangat besar kepada Rasulullah saw. Pertama ia memiliki peran dalam perusakan kertas perjanjian pemboikotan yang ditempelkan di dinding Ka'bah. Kedua ia memberikan perlindungan saat kaum Quraisy berusaha mengusir dan mengganggu Beliau saw.
Jasa al-Muth'im bin Adiy, ini selalu diingat oleh Rasullah saw. Sehingga seusai mengalahkan kaum kafir Quraisy dalam perang Badr. Beliau saw bersabda perihal para tawanan :
لَوْ كَانَ الْمُطْعِمُ بْنُ عَدِيٍّ حَيًّا ثُمَّ كَلَّمَنِي فِي هَؤُلَاءِ النَّتْنَى لَتَرَكْتُهُمْ لَهُ
Seandainya al-Muth'im bin Adiy masih hidup, lalu dia mengajakku berbicara tentang para korban yang mati ini (maksudnya, meminta Beliau saw, membebaskan mereka) maka tentu aku serahkan mereka kepadanya. (6)
Ada Beberapa Pelajaran Yang Dapat kita Ambil Dari Kisah di Atas sebagi berikut :
- Prioritas dakwah Rasulullah saw. terhadap tokoh kabilah Tsaqif di Thaif kala itu merupakan bukti pentingnya menyampaikan dakwah kepada para tokoh panutan manusia.
- Rasulullah saw. bersikap sabar menghadapi perlakuan buruk para penentangnya. Meskipun mendapatkan perlakuan buruk, Beliau saw. tidak mendoakan kepada Allah agar menurunkan siksa kepada mereka. Namun sebaliknya, Beliau saw mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah, dan Allah Azza wa Jalla memperkenankan do Beliau saw.
- Perjumpaan Jin dengan Rasulullah saw di lembah Nakhlah merupakan bukti, bahwa jin itu ada dan mereka itu juga mukallaf. (7) Diantara Jin ada yang beriman dan ada juga yang kafir.
- Berimannya sekolompok Jin tersebut merupakan hiburan bagi Baeliau setelah mendapatkan perlakuan buruk dari penduduk Thaif.
- Dalam kisah inilah (perjanjian) Rasulullah saw. ke Thaif dan penderitaan yang Beiau saw. alami terdapat pelajaran bagi para Da'i. Jika Rasulullah saw menanggung derita, maka begitu juga para Da'i. Oleh kerena itu, pada da'i wajib mempersiapkan diri, karena dakwah merupakan jalan para nabi dan orang-orang shalih. Juga dikarenakan tuntunan hikmah Allah Azza wa Jalla bahwa Din ini tidak akan dimenangkan kecuali dengan amalan dan usaha keras manusia.
Demikian uraian sejarah Paling pahit bagi Rasullah saw. pada awal dakwah di Thoif. Semoga bermanfaat khususnya para Da'i yang akan menyampaikan dakwahnya untuk dapat mencohtoh Rasulullah saw.
Sumber :
As-Siratun-Nabawiyatu fi Dhau-il Mashadiril ash Liyyah, karya Dr.Mahdi Rizqullah Ahmad.
(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah, Suraakarta, Jl Solo-Purwodadi KM. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.0271-761019.
Footnote.
(1) Dua gunung besar di Mekkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan Gunung Qa'aiqian. Ada juga yang mengatakan Gunung Qubais dan gunung Al-Ahmar.
(2) Tempat miqat penduduk Najd
(3) Lihat QS Ali Imran ayat 159
(4) Lihat QS at-Taubah ayat 128
(5) Kedatangan sekolompok jin ini juga diceritakan dalam hadits shahih riwayat Imam al-Bukhari Lihat Fathul Bari (18/314, no 4921) dan Imam Muslim 1/331, no 449). Ibnu hajar membawakan beberapa dalil yang mendukung pendapat Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa'ad yang menyatakan bahwa peristiwa kedatangan para jin ini terjadi saat beliau saw kembali dari Thaif ke Mekkah.
(6) HR Imam al-Bukhari. Lihat Fathul Bari 12/226-227 no. 3139.
(7) Terkena kewajiban Syariat)
Footnote.
(1) Dua gunung besar di Mekkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan Gunung Qa'aiqian. Ada juga yang mengatakan Gunung Qubais dan gunung Al-Ahmar.
(2) Tempat miqat penduduk Najd
(3) Lihat QS Ali Imran ayat 159
(4) Lihat QS at-Taubah ayat 128
(5) Kedatangan sekolompok jin ini juga diceritakan dalam hadits shahih riwayat Imam al-Bukhari Lihat Fathul Bari (18/314, no 4921) dan Imam Muslim 1/331, no 449). Ibnu hajar membawakan beberapa dalil yang mendukung pendapat Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa'ad yang menyatakan bahwa peristiwa kedatangan para jin ini terjadi saat beliau saw kembali dari Thaif ke Mekkah.
(6) HR Imam al-Bukhari. Lihat Fathul Bari 12/226-227 no. 3139.
(7) Terkena kewajiban Syariat)
0 Response to "Sejarah Paling Pahit bagi Rasulullah saw. Pada Awal Dakwah di Kota Thaif."
Post a Comment