Kisah Penghafal Al-Qur'an, Anak Usia 9 Tahun Yang Menyadarkan Ayahnya.
Thursday, March 15, 2018
Add Comment
Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Kisah Penghafal Al-Qur'an yang telah menyadarkan ayahnya, adalah suatu kisah yang dapat menginspirasi kita semua yang penulis ambil dari khutbah di salah satu masjid di kawasan pintu gerbang perumahan elite di wilayah Rawa Buntu Tangerang Selatan setelah keluar dari TOL BSD menuju kota serpong. Waktu itu perjalanan saya dari Cibubur akan menuju ke arah Cikokol, dan keluar dari tol BSD bertepatan sholat Jum'at telah masuk waktu. Saya agak terlambat karena ketika saya selesai berwudhu kumandang azan terdengar. Saya mengambil tempat duduk sebelah kanan di bagian serambi masjid karena memang sudah penuh dengan jamaah. Saya tidak sempat mengetahui nama khatib yang bertugas apalagi melihat wajahnya. Setelah khatbah dimulai, saya mendengar suaranya dengan jelas, dari suaranya saya memperkirakan bahwa khatib itu adalah dengan usia yang relatif masih muda. Tutur katanya lembut, suaranya menggema, namun tegas. Maka saya jadi penasaran akan isi ceramah khutbahnya. Dan jamaah yang lainpun turut menyimak dengan seksama. Ternyata isi ceramah yang disampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan, dan banyak yang meneteskan air mata (termasuk saya) bahkan saya dengar ada yang sampai tersedu. Lalu apa isi ceramah itu?.
Dengan gaya yang menarik Sang Khatib menceritakan "true Story" seorang anak berusia 9 tahun bernama Ali... dia anak seorang pengusaha sukses yang kaya raya. Oleh ayahnya si Ali disekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta, tentu bisa ditebak, bayarannya pasti sangat mahal, tetapi bagi si pengusaha tentu bukan masalah.. lah wong uangnya berlimapah, Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang pendidikan, agar anaknya kelak menjadi sukses mengikuti jejaknya.
Suatu hari istrinya memberitahu kalau Sabtu yang akan datang si ayah diundang menghadiri acara "Father's Day di sekolah Ali..., "Waduh saya sibuk ma... kamu saja deh yang datang..," begitu ucap si ayah kepada istrinya. Bagi dia acara begini sangat nggak penting. dibanding urusan bisnis besarnya. Tapi kali ini istrinya marah dan mengancam..sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya. Dia malu karena anaknya anaknya selalu didampingi ibunya, sedang anak-anak yang lain selalu didampingi ayahnya.
Nah karena diancam oleh istrinya..akhirnya si ayah terpaksa mau hadir meski agak ogah-ogahan. Father's day adalah acara yang dikemas khusus dimana anak-anak unjuk kebolehan di depan ayah-ayahnya... Karena Ayah si Ali ogah-ogahan maka dia memilih duduk di barisan paling belakang, sementara para ayah lain (terutama yang masih muda-muda) berebut untuk duduk di barisan depan agar dapat menyemangati anak-anaknya yang akan tampil di panggung.
Baca juga ini : Ketika Umar bin Khattab Merebut Surah Thoha, Apa yang Terjadi? Baca kisah ini hingga selesai.
Satu demi satu anak-anak menampilkan bakat dan kebolehannya masing-masing... ada yang menyanyi, menari, atraksi silat, membaca puisi, pantomim, ada pula yang memamerkan lukisannya dll. Semua mendapat applause yang gegap gempita dari ayah-ayah mereka. Lalu tibalah giliran si Ali dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya.
"Miss, bolehkah saya panggil pak Arif " tanya si Ali kepada gurunya, siapa pak arif tanya gurunya, pak Arif adalah guru mengaji untuk kegiatan extra kurikuler di rumah Ali. "Oh,.. boleh" begitu jawab gurunya, dan pak Arif-pun dipanggil untuk naik keatas panggung.
Ali berkata : "Pak Arif, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al-Qur'an surat 78 (An-Naba')". Karena ketika Ali akan naik ke panggung ia membawa sebuah buku yang ternyata adalah Kitab suci Al-Qur'an. Lalu di jawab oleh Pak Arif : "Tentu saja boleh" Tolong Bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yang salah...lalu si Ali mulai melantunkan QS An-Naba' tersebut tanpa membuka mushafnya. Dengan lantunan irama yang persis seperti bacaan "Syeikh Sudais" (Imam Besar Masjidil Haram)...
Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Ali yang mendayu-dayu...termasuk ayah si Ali yang duduk di belakan. Stop...kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna... sekarang coba kamu baca ayat 9. "Stop, coba sekarang baca ayat 21... lalu ayat 33" Setelah usai Ali membacanya... lalu kata pak Arif : "Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)" Si Ali-pun membaca ayat 40 tersebut sampai selesai."
"Subhanallah.... kamu hafal Surat An-Naba' dengan sempurna" begitu teriak pak Arif yang sangat terharu sambil mengucurkan air matanya...para hadirin yang muslim-pun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Arif bertanya kepa Ali. "Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur'an dan membacanya di acara ini nak, ... sementara teman-temanmu unjuk kebolehan yang lain? tanya pak Arif penasaran....
Begini pak guru...waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak... bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Nabi saw. "Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari tetapi tidak menyengat, dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab "karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an" (HR.al-Hakim).
Baca juga yang ini :Rasa Cinta di Hati Abbad bin Bisyir terhadap Al-qur'an Sangatlah Melekat.
Sadarnya Sang Ayah.
Pak guru...saya ingin mempersembahkan "Jubah Kemuliaan" kepada ibu dan ayah saya dihadapan Allah di akherat kalak... sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
"Semua orang terkesimak dan tidak bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 9 tahun tersebut. Di tengah suasana hening tersebut, tiba-tiba terdengar teriakan "Allahu Akbar!" dari seseorang yang lari dari belakang menuju ke atas panggung.
Ternyata di adalah Ayah si Ali yang dengan tegopoh-gopoh lansung menubruk sang anak... bersimpuh seolah merasa berdosa sambil memeluk kaki anaknya. "Ampuun nak... maafkan ayah yang selama ini tidak pernah memperhatikanmu, tidak pernah mendidikmu dengan ilmu agama...apalagi mengajarimu untuk mengaji. "Ucap sang ayah sambil menagis di kaki anaknya"
Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak..ternyata kamu malah memikirkan "kemulian ayah di akhirat kelak, ayah malu nak" ujar sang ayah sambil menangis tersedu-sedu.
Subhanallah, sampai disini khatib mengakhiri khutbahnya dan saya mencoba mengintip untuk melihat sang khotib hingga sedikit dapat melihatnya. Khatib-pun mengusap air matanya yang mulai jatuh...semua jamaah pun bahkan ada yang tak dapat menyembunyikan suara isak tangisnya...luar biasa haru.
Saya berfikir entah apa yang ada di benak para jamaah yang menangis itu, mungkin ada yang merasa berdosa karen menelantarkan anaknya, atau mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada anak-anaknya, dan mungkin saja menyesal karena tidak mengajari anaknya mengaji, atau merasa berdosa karena selama ini tidak membaca Al-Qur'an yang hanya tergeletak di rak bukunya. dikarenakan semuanya dengan alasan sibuk urusan dunia!.
Dan bagi saya menangis, karena merasa sangat sedikit dan lalai dengan urusan akherat dan lebih sibuk dengan urusan dunia..padahal saya tahu kalau kehidupan akhirat lebih baik dan kekal daripada kehidupan dunia yang remeh temeh, serta senda gurau dan sangat singkat. Firman Allah sebagai berikut :
Astaghfirullahal adzim.. hamba mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Nah karena diancam oleh istrinya..akhirnya si ayah terpaksa mau hadir meski agak ogah-ogahan. Father's day adalah acara yang dikemas khusus dimana anak-anak unjuk kebolehan di depan ayah-ayahnya... Karena Ayah si Ali ogah-ogahan maka dia memilih duduk di barisan paling belakang, sementara para ayah lain (terutama yang masih muda-muda) berebut untuk duduk di barisan depan agar dapat menyemangati anak-anaknya yang akan tampil di panggung.
Baca juga ini : Ketika Umar bin Khattab Merebut Surah Thoha, Apa yang Terjadi? Baca kisah ini hingga selesai.
Satu demi satu anak-anak menampilkan bakat dan kebolehannya masing-masing... ada yang menyanyi, menari, atraksi silat, membaca puisi, pantomim, ada pula yang memamerkan lukisannya dll. Semua mendapat applause yang gegap gempita dari ayah-ayah mereka. Lalu tibalah giliran si Ali dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya.
"Miss, bolehkah saya panggil pak Arif " tanya si Ali kepada gurunya, siapa pak arif tanya gurunya, pak Arif adalah guru mengaji untuk kegiatan extra kurikuler di rumah Ali. "Oh,.. boleh" begitu jawab gurunya, dan pak Arif-pun dipanggil untuk naik keatas panggung.
Ali berkata : "Pak Arif, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al-Qur'an surat 78 (An-Naba')". Karena ketika Ali akan naik ke panggung ia membawa sebuah buku yang ternyata adalah Kitab suci Al-Qur'an. Lalu di jawab oleh Pak Arif : "Tentu saja boleh" Tolong Bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yang salah...lalu si Ali mulai melantunkan QS An-Naba' tersebut tanpa membuka mushafnya. Dengan lantunan irama yang persis seperti bacaan "Syeikh Sudais" (Imam Besar Masjidil Haram)...
Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Ali yang mendayu-dayu...termasuk ayah si Ali yang duduk di belakan. Stop...kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna... sekarang coba kamu baca ayat 9. "Stop, coba sekarang baca ayat 21... lalu ayat 33" Setelah usai Ali membacanya... lalu kata pak Arif : "Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)" Si Ali-pun membaca ayat 40 tersebut sampai selesai."
"Subhanallah.... kamu hafal Surat An-Naba' dengan sempurna" begitu teriak pak Arif yang sangat terharu sambil mengucurkan air matanya...para hadirin yang muslim-pun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Arif bertanya kepa Ali. "Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur'an dan membacanya di acara ini nak, ... sementara teman-temanmu unjuk kebolehan yang lain? tanya pak Arif penasaran....
Begini pak guru...waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak... bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Nabi saw. "Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari tetapi tidak menyengat, dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" Dijawab "karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an" (HR.al-Hakim).
Baca juga yang ini :Rasa Cinta di Hati Abbad bin Bisyir terhadap Al-qur'an Sangatlah Melekat.
Sadarnya Sang Ayah.
Pak guru...saya ingin mempersembahkan "Jubah Kemuliaan" kepada ibu dan ayah saya dihadapan Allah di akherat kalak... sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
"Semua orang terkesimak dan tidak bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 9 tahun tersebut. Di tengah suasana hening tersebut, tiba-tiba terdengar teriakan "Allahu Akbar!" dari seseorang yang lari dari belakang menuju ke atas panggung.
Ternyata di adalah Ayah si Ali yang dengan tegopoh-gopoh lansung menubruk sang anak... bersimpuh seolah merasa berdosa sambil memeluk kaki anaknya. "Ampuun nak... maafkan ayah yang selama ini tidak pernah memperhatikanmu, tidak pernah mendidikmu dengan ilmu agama...apalagi mengajarimu untuk mengaji. "Ucap sang ayah sambil menagis di kaki anaknya"
Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak..ternyata kamu malah memikirkan "kemulian ayah di akhirat kelak, ayah malu nak" ujar sang ayah sambil menangis tersedu-sedu.
Subhanallah, sampai disini khatib mengakhiri khutbahnya dan saya mencoba mengintip untuk melihat sang khotib hingga sedikit dapat melihatnya. Khatib-pun mengusap air matanya yang mulai jatuh...semua jamaah pun bahkan ada yang tak dapat menyembunyikan suara isak tangisnya...luar biasa haru.
Saya berfikir entah apa yang ada di benak para jamaah yang menangis itu, mungkin ada yang merasa berdosa karen menelantarkan anaknya, atau mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada anak-anaknya, dan mungkin saja menyesal karena tidak mengajari anaknya mengaji, atau merasa berdosa karena selama ini tidak membaca Al-Qur'an yang hanya tergeletak di rak bukunya. dikarenakan semuanya dengan alasan sibuk urusan dunia!.
Dan bagi saya menangis, karena merasa sangat sedikit dan lalai dengan urusan akherat dan lebih sibuk dengan urusan dunia..padahal saya tahu kalau kehidupan akhirat lebih baik dan kekal daripada kehidupan dunia yang remeh temeh, serta senda gurau dan sangat singkat. Firman Allah sebagai berikut :
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۗ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS, Al-An-Am ayat 32).Astaghfirullahal adzim.. hamba mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡہَا مَلَـٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ۬ شِدَادٌ۬ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا
يُؤۡمَرُونَ
"Hai orang -orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-mlaikat yang kasr, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang dperintahkan". (QS, At-Tahrim : 6)
Semoga bermanfaat, khusunya buat kita sebagai ayah dan saya pribadi. Wallahu 'alam bisaawab....
Demikian uraian singkat tentang Kisah Penghafal Al-Qur'an anak usia 9 tahun yang menyadarkan ayahnya. Semoga bermanfaat. Aamiin...
0 Response to "Kisah Penghafal Al-Qur'an, Anak Usia 9 Tahun Yang Menyadarkan Ayahnya. "
Post a Comment