Ishaq Atau Ismail Yang Diqurbankan Ibrahim, Inilah Kesaksian Taurat, Injil Dan Al-Qur'an.
Saturday, August 18, 2018
Add Comment
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbigan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Ishaq atau Ismail yang diqurbankan Ibrahim, inilah kesaksian Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Pernyataan tersebut diatas sering menjadi perdepatan panjang, karena masing-masing pihak mengklaim kebenaran yang ia yakini dengan mendasarkan dari ketiga sumber kesaksian yaitu Taurat, Injil dan Al-Quran. Penulis mencoba menguraikan dengan penjelasan di bawah ini :
Pertama Kesaksian Taurat dan Injil Allah.
Taurat Allah , penulisannya sekitar 1450 sebelum Masehi - dengan tegas menyatakan bahwa Ibrahim mengurbankan Ishak. Firman Allah dalam (Taurat, Kitab Kejadian 22 : 2) "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak... persembahkanlah dia di salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Injil Allah juga menyaksikan "Karena iman maka Abraham... mempersembahkan Ishaq" Injil Surat Ibrani 11 : 17). "Bukankah Abraham mempersembahkan Ishak, Anaknya atas mezbah?" (Injil Yakobus 2 : 21). Injil Allah lebih tua sekitar 600 tahun dari Al-Qur'an.
Ada Tambahan kesaksian Targum
Targum adalah tradisi lisan dari kitab Taurat, Zabur (Mazmur) dan kitab nabi-nabi. Targum ini lebih tua sekitar 300 tahun dari Al-Qur'an. Targum Pseudo Jonathan dan Onkelos, mencatat" ...Dia berkata, ambillah sekarang anakmu yang kamu kasihi Ishaq ... persembahkan dia ... diatas salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu"
Pengorbanan Ishaq dan Isa Al-masih.
Jadi Ibrahim mengorbankan Ishaq, anak perjanjian (Taurat, Kejadian 17 :21) Umat Isa Al-Masih merasa pengorbanan Ishaq yang di ganti domba melambangkan pengorbanan Isa Al-Masih. Sebab pengorbanan domba untuk penebusan jiwa dilanjutkan oleh Musa, Daud, dan para nabi lainnya.
Kedua Kesaksian Al-Qur'an.
Al-Qur'an menjelaskan kejadian Qurban dalam surat as-Shaffat, ayat 102-107. sebagai berikut :
Maka dari penjelasan 6 (enam) ayat diatas, dalam surat as-Shaffat, kita dapat simpulkan bahwa yang diajak dialog oleh Ibrahim adalah Ismail walaupun di dalam ayat itu, Allah tidak secara eksplisit mengatakan nama Ismail tetapi secara logika tidak mungkin Ishaq yang diajak dialog oleh Ibrahim. Sebab dialog yang terkait dengan penyembelihan sudah selesai. Dan setelah itu, turun ayat 112 ash shaffat, yang memberi tahu kepada Ibrahim kabar gembira akan diberi anak (kelahiran Ishaq). Jadi ayat 112 dapat membatalkan yang berpendapat bahwa yang disembelih/diqurbankan Ibrahim adalah Ishaq. Hal ini dikuatkan dalam "Kejadian : 16:15 Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. 16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Dalam kitab tafsir An-Nasafi dan Tafsir Ibnu Katsir dicatat bahwa putranya ketika itu sedang berumur 14 tahun. Memang tidak dijelaskan di dalam Al-qur'an siapa sesungguhnya anak Nabi Ibrahim yang diqurbankan; apakah Ishaq, putra dari Siti Sarah, istri pertamanya yang berkebangsaan Palestina, atau Ismail, putra sulungnya dari Siti Hajar, istri keduanya yang berkebangsaan Ethiophia. Sebagaian ulama, termasuk jumhur ulama, berpendapat yang disembelih ialah Ismail, sedangkan yang lainnya berpendapat Ishaq.
Yang membuat mereka berbeda pendapat karena selain tidak ada ayat Alqur'an dan hadits yang secara tegas siapa yang disembelih, kedua golongan ulama itu didukung pendapat kalangan sahabat Nabi saw. dan Ulama.
Diantara sahabat yang berpendapat bahwa yang disembelih ialah Ismail antara lain Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Ali Abi Thalib, Abu Hurairah, dan Abu at-Thufail, Amir binWatsilah. Dari kalangan tabi'in antara lain Sa'id bin al-Musayyib, Said bin Jubair, Al-Hasan al-Basri. Kalangangan mufasir yang mendukung pendapat ini ialah Wahbah az-Zuhaili, Ar-Razi, Al Thabrisi, Thathabai, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, Thabathtahi, An Nasafi, Sa'id Hawa, Thahir Ibnu Asyur.
Sebaliknya shabat yang berpendapat yang disembelih ialah Ishaq, antara lain : Umar bin Khattab, Jabir, Al Abbas dan Ka'ab al Alkhbar. Dari kalangan tabi'in ialah Qatadah Masruq, Ikrimah, Atha, Muqatil, Az-Zuhri, Ash Saddi, dan Malik bin Anas (Wahbah az-Zuhaili, At Tafsir al-Munir, Juz XXIII halaman 126).
Argumentasinya antara lain yang dimaksud anak yang menggembirakan (al-mubasyisar bih) dalam ayat tersebut di atas ialah Ismail. Karena dialah yang menjadi anak pertama yang menyita perhatian dari cinta Nabi Ibrahim. Sementara itu, Ishaq lahir setelah Ismail. Dengan logika ini, dapat difahami bahwa Ismail adalah anak tertua dan yang disembelih untuk qurban oleh Ibrahim.
Seandainya yang disembelih untuk kurban adalah Ishaq tentulah penyembelihan itu terjadi di Baytul Muqaddas, bukan di Mina.
Padahal sebagaimana diketahui bahwa Mina merupakan tempat untuk menyembelih (al-manhar). Kedua riwayat dari Al-Hakim dalam Al-Manaqib yang menyebutkan Nabi Muhammad SAW. beesabda : Ana ibnu adz-Dzabihain, yaitu Ismail dan ayahanda Rasulullah SAW. Abdullah.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, pernah bernadzar untuk menyembelih anak terakhirnya jika dikaruniai 10 anak, atau jika Allah memudahkannya dalam menggali sumur Zamzam. Setelah kedua harapan tersebut tertercapai dan sekaligus untuk menunaikan nazarnya, Abdul Muthalib hendak menyembelih Abdullah. Abdul Muthalib disarankan saudara-saudaranya menebusnya dengan seratus ekor unta sehingga anaknya tidak jadi disembelih. (An-Nasafi, Juz hlm 26) Riwayat dari Al-Ashma'i bahwa Ismail yang berada di Mekkah dan Ishaq tidak pernah di sana. Ismail membangun K'bah bersama ayahnya, yaitu Ibrahim AS.
Allah SWT menyifati Ismail dengan as-shabr, sedangkan Ishaq tidak demikian, sebagaimana tertera dalam (QS al-Anbiya ayat 85). Ismail juga disifati dengan shadiqul wa'di sebagaimana tertera dalam (QS, Maryam ayat 54) (Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, Juz XXIII, hlm. 142).
Sesungguhnya bagi umat Islam saat ini, tidak terlalu penting mempersoalkan siapa yang dikurbankan. Yang terpenting ialah substansi peristiwanya. Ibadah kurban adalah pernyataan kesediaan diri untuk menyerahkan sesuatu yang paling berharga dari yang paling dicintai, kepada Allah SWT. Drama kurban ini kemudian pelaksanaanya setiap 10 Dzulhijjah, sehari setelah wukuf di Arafah bagi yang menunaikan ibadah haji.
Kalau lambang kecintaan Nabi Ibrahim adalah Ismail, seorang anak yang sudah sekian lama ditunggu-tunggu, tetapi setelah lahir diminta untuk disembelih sebagai ujian dari Allah. Akhirnya Nabi Ibrahim dinyatakan lulus ujian setelah betul-betul berusaha menyembelih anaknya, tetapi kemudian diganti dengan domba yang besar.
Bagimana kita, relakah jika sewaktu-waktu diminta untuk mengorbankan benda kesayangan kita demi untuk lebih mencintai Tuhan kita. Allah tidak meminta kita untuk mengurbankan anak tercinta kita, tidak juga dengan harta yang berjumlah besar, tetapi hanya sekor binatang apakah kambing atau sapi, sesuai dengan kadar kemampuan kita.
Hukum melaksanakan ibadah qurban ialah wajib bagi orang yang memiliki kemampuan dan tidak wajib bagi mereka yang tidak mampu. "Barang siapa yang mampu berqurban, tetapi tidak menyelenggarakan qurban, maka hendaklah mereka tidak mendatangi masjidku". Sabda Rasulullah saw.
Demikian urain secara lengkap bahwa Ishaq Atau Ismail Yang di Kurbankan Ibrahim dari tinjaun Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita dalam pengamalan agama.
Kedua Kesaksian Al-Qur'an.
Al-Qur'an menjelaskan kejadian Qurban dalam surat as-Shaffat, ayat 102-107. sebagai berikut :
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : "Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu" Ia menjawab : "Hai babakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS 37 : 102) "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya) (nyatalah kesabaran keduanya)". (QS 37 : 103). Dan Kami panggilah dia : "Hai Ibrahim". (QS 37 : 104) "Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS, 37 : 105). "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata". (QS, 37 : 106). "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar". (QS, 37 : 107).
Dan apabila kita lanjutkan membaca sampai pada ayat 112 dalam surat ash-Shaffat sebagai berikut :
"Dan Kami beri dia khabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh". (QS, 37 : 112)
Maka dari penjelasan 6 (enam) ayat diatas, dalam surat as-Shaffat, kita dapat simpulkan bahwa yang diajak dialog oleh Ibrahim adalah Ismail walaupun di dalam ayat itu, Allah tidak secara eksplisit mengatakan nama Ismail tetapi secara logika tidak mungkin Ishaq yang diajak dialog oleh Ibrahim. Sebab dialog yang terkait dengan penyembelihan sudah selesai. Dan setelah itu, turun ayat 112 ash shaffat, yang memberi tahu kepada Ibrahim kabar gembira akan diberi anak (kelahiran Ishaq). Jadi ayat 112 dapat membatalkan yang berpendapat bahwa yang disembelih/diqurbankan Ibrahim adalah Ishaq. Hal ini dikuatkan dalam "Kejadian : 16:15 Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. 16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Sedangkan usia Ismail dengan Ishaq terpaut 14 tahun lebih tua dari Ishaq. (Ismail adalah kakak Ishak). Dan ketika Ishaq lahir Ibrahim genap usia 100 tahun. Hal ini dijelaskan dalam Taurat : Kejadian : 21 : 5 "Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya lahir baginya.
Maka jelas dan gamblang dengan penjelasan dari Taurat Kejadian : 16: 15, Kejadian 16 : 16 dan dilengkapi dengan kejadian 21 :5. Bahwa secara logika yang disembelih Ibrahim sebagai qurban, adalah Ismail.
Dalam kitab tafsir An-Nasafi dan Tafsir Ibnu Katsir dicatat bahwa putranya ketika itu sedang berumur 14 tahun. Memang tidak dijelaskan di dalam Al-qur'an siapa sesungguhnya anak Nabi Ibrahim yang diqurbankan; apakah Ishaq, putra dari Siti Sarah, istri pertamanya yang berkebangsaan Palestina, atau Ismail, putra sulungnya dari Siti Hajar, istri keduanya yang berkebangsaan Ethiophia. Sebagaian ulama, termasuk jumhur ulama, berpendapat yang disembelih ialah Ismail, sedangkan yang lainnya berpendapat Ishaq.
Yang membuat mereka berbeda pendapat karena selain tidak ada ayat Alqur'an dan hadits yang secara tegas siapa yang disembelih, kedua golongan ulama itu didukung pendapat kalangan sahabat Nabi saw. dan Ulama.
Diantara sahabat yang berpendapat bahwa yang disembelih ialah Ismail antara lain Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Ali Abi Thalib, Abu Hurairah, dan Abu at-Thufail, Amir binWatsilah. Dari kalangan tabi'in antara lain Sa'id bin al-Musayyib, Said bin Jubair, Al-Hasan al-Basri. Kalangangan mufasir yang mendukung pendapat ini ialah Wahbah az-Zuhaili, Ar-Razi, Al Thabrisi, Thathabai, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, Thabathtahi, An Nasafi, Sa'id Hawa, Thahir Ibnu Asyur.
Sebaliknya shabat yang berpendapat yang disembelih ialah Ishaq, antara lain : Umar bin Khattab, Jabir, Al Abbas dan Ka'ab al Alkhbar. Dari kalangan tabi'in ialah Qatadah Masruq, Ikrimah, Atha, Muqatil, Az-Zuhri, Ash Saddi, dan Malik bin Anas (Wahbah az-Zuhaili, At Tafsir al-Munir, Juz XXIII halaman 126).
Argumentasinya antara lain yang dimaksud anak yang menggembirakan (al-mubasyisar bih) dalam ayat tersebut di atas ialah Ismail. Karena dialah yang menjadi anak pertama yang menyita perhatian dari cinta Nabi Ibrahim. Sementara itu, Ishaq lahir setelah Ismail. Dengan logika ini, dapat difahami bahwa Ismail adalah anak tertua dan yang disembelih untuk qurban oleh Ibrahim.
Seandainya yang disembelih untuk kurban adalah Ishaq tentulah penyembelihan itu terjadi di Baytul Muqaddas, bukan di Mina.
Padahal sebagaimana diketahui bahwa Mina merupakan tempat untuk menyembelih (al-manhar). Kedua riwayat dari Al-Hakim dalam Al-Manaqib yang menyebutkan Nabi Muhammad SAW. beesabda : Ana ibnu adz-Dzabihain, yaitu Ismail dan ayahanda Rasulullah SAW. Abdullah.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, pernah bernadzar untuk menyembelih anak terakhirnya jika dikaruniai 10 anak, atau jika Allah memudahkannya dalam menggali sumur Zamzam. Setelah kedua harapan tersebut tertercapai dan sekaligus untuk menunaikan nazarnya, Abdul Muthalib hendak menyembelih Abdullah. Abdul Muthalib disarankan saudara-saudaranya menebusnya dengan seratus ekor unta sehingga anaknya tidak jadi disembelih. (An-Nasafi, Juz hlm 26) Riwayat dari Al-Ashma'i bahwa Ismail yang berada di Mekkah dan Ishaq tidak pernah di sana. Ismail membangun K'bah bersama ayahnya, yaitu Ibrahim AS.
Allah SWT menyifati Ismail dengan as-shabr, sedangkan Ishaq tidak demikian, sebagaimana tertera dalam (QS al-Anbiya ayat 85). Ismail juga disifati dengan shadiqul wa'di sebagaimana tertera dalam (QS, Maryam ayat 54) (Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, Juz XXIII, hlm. 142).
Sesungguhnya bagi umat Islam saat ini, tidak terlalu penting mempersoalkan siapa yang dikurbankan. Yang terpenting ialah substansi peristiwanya. Ibadah kurban adalah pernyataan kesediaan diri untuk menyerahkan sesuatu yang paling berharga dari yang paling dicintai, kepada Allah SWT. Drama kurban ini kemudian pelaksanaanya setiap 10 Dzulhijjah, sehari setelah wukuf di Arafah bagi yang menunaikan ibadah haji.
Kalau lambang kecintaan Nabi Ibrahim adalah Ismail, seorang anak yang sudah sekian lama ditunggu-tunggu, tetapi setelah lahir diminta untuk disembelih sebagai ujian dari Allah. Akhirnya Nabi Ibrahim dinyatakan lulus ujian setelah betul-betul berusaha menyembelih anaknya, tetapi kemudian diganti dengan domba yang besar.
Bagimana kita, relakah jika sewaktu-waktu diminta untuk mengorbankan benda kesayangan kita demi untuk lebih mencintai Tuhan kita. Allah tidak meminta kita untuk mengurbankan anak tercinta kita, tidak juga dengan harta yang berjumlah besar, tetapi hanya sekor binatang apakah kambing atau sapi, sesuai dengan kadar kemampuan kita.
Hukum melaksanakan ibadah qurban ialah wajib bagi orang yang memiliki kemampuan dan tidak wajib bagi mereka yang tidak mampu. "Barang siapa yang mampu berqurban, tetapi tidak menyelenggarakan qurban, maka hendaklah mereka tidak mendatangi masjidku". Sabda Rasulullah saw.
Demikian urain secara lengkap bahwa Ishaq Atau Ismail Yang di Kurbankan Ibrahim dari tinjaun Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita dalam pengamalan agama.
0 Response to "Ishaq Atau Ismail Yang Diqurbankan Ibrahim, Inilah Kesaksian Taurat, Injil Dan Al-Qur'an. "
Post a Comment