Kematian Adalah Nasehat Untuk Menapaki Kehidupan.
Thursday, August 2, 2018
Add Comment
Rasiyambumen.com Kajian Kahazanah Islam (kategori Posting Fiqih Kematian).
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Kematian adalah nasehat untuk menapaki kehidupan. Oleh karena itu peristiwa kematian dapat mendorong seseorang untuk menjadi bekal kedekatan diri terhadap Allah SWT. Dapat menghindarkan dari perbuatan-perbuatan yang menjurus kemaksiatan dan dapat mendorong berlaku takwa.
Kematian itu suatu kepastian bagi setiap jiwa hal ini dijelaskan dalam Al-qur'an sebagai berikut :
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauh-kan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ( QS Ali 'Imran : 185).
Baca juga yang ini : Ketika Sakaratul maut Menjemput, Syaitan siap Memperdaya Manusia Hingga Menjadi Sesat.
Namun Mayoritas manusia takut mati atau dengan ungkapan lain belum siap menghadapinya. Masih banyak mimpi yang belum tercapai, masih segudang harapan hidup yang belum terwujud. Ada juga yang merasa belum waktunya bertobat!. Nanti setelah tua baru mendekat ke Masjid atau Mushalla.
Namun Mayoritas manusia takut mati atau dengan ungkapan lain belum siap menghadapinya. Masih banyak mimpi yang belum tercapai, masih segudang harapan hidup yang belum terwujud. Ada juga yang merasa belum waktunya bertobat!. Nanti setelah tua baru mendekat ke Masjid atau Mushalla.
Bahkan ada yang dengan berkelakar, sekarang waktunya menikmati hidup dahulu. Ini prinsip hidup sebagian manusia. Mengingat kematian dan dengan mengenal tabiat, karakteristiknya adalah bagian upaya menghadapinya. Rasulullah saw. bersabda : "Perbanyaklah mengingat kematian sebab yang demikian itu akan menghapus dosa, dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia".
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam kematian itu sebagai nasehat, diantaranya adalah :
Pertama : Kematian merupakan tanda kebesaran Allah yang menunjukkan kemahakuasaan-Nya dan keperkasaan-Nya terhadap semua makhluk-Nya hal ini diterangkan dalam (Al-Quran surat Al-An-'am ayat 61).
"Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan terti-nggi di atas semua hamba-Nya dan diutusnya malaikat-malaikat penjaga kepadamu, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya"
Kedua : Kematian adalah puncak setiap makhluk di muka bumi. Kematian merupakan penghujung bagi setiap yang bernyawa di dunia ini. (Al-qur'an menjelaskannya pada Surat Ar-Rahman (55) ayat 26-27).
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kelak Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan"
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kelak Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan"
Ketiga : Kematian adalah garis finis perjalanan kehidupan dunia, dan merupakan garis awal kehidupan alam akhirat.
Keempat : Kematian datang dengan tiba-tiba dalam waktu yang telah ditentukan (Qur'an Surat Al-Munafiqun (63) ayat 11). Kedatangannya tanpa meminta izin terlebih dahulu kecuali kepada para nabi, mengingat kedudukan mereka yang mulia di sisi Allah SWT karena itulah kematian meminta izin kepada setiap para nabi.
Kelima : Kematian mencerminkan keadilan Allah swt. kepada makhluknya, tidak pandang bulu dalam menimpakan kematian ini. Hal itu di nukil dalam (Al-Qur'an Surat Al-An-Kabut (29) ayat 57).
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami, kamu dikem-balikan."
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami, kamu dikem-balikan."
Keenam : Kematian tidak dapat dicegah oleh petugas penjaga pintu, tidak dapat dicegah oleh bodyguard, tidak dapat dihalangi oleh harta benda, anak, dan kawan serta kerabat terdekat sekalipun.
Ketujuh : Sakitnya kematian tidak ada seorangpun yang dapat melukiskannya karena kedasyatannya.
Kedelapan : Kematian merupakan pemutus segala kelezatan hidup, menghentikan total gerakan badan, menceraikan seseorang dari komunitasnya, menghalanginya dari segala yang (semula menjadi) kebiasaannya. Hal ini Allah menjelaskan dengan gamblang di dalam (Al-Qur'an Surat Al-Mu'minun ayat 80).
"Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memaha-minya?"
Baca juga ini : Waktu Dan Tata Cara Memakamkan Jenazah Sesuai Sunnah
Kesembilan : Kematian mengingatkan bahwa kita bukan sipa-siapa. Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan "Habis", maka usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan hingga kapanpun?. Padahal sandiwara sudah berakhir. Sebaik-baiknya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
"Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memaha-minya?"
Baca juga ini : Waktu Dan Tata Cara Memakamkan Jenazah Sesuai Sunnah
Kesembilan : Kematian mengingatkan bahwa kita bukan sipa-siapa. Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan "Habis", maka usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan hingga kapanpun?. Padahal sandiwara sudah berakhir. Sebaik-baiknya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
Dan Kesepuluh : Kematian mengingat bahwa hidup begitu berharga. Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Tentu dengan sungguh-sungguh merawatnya. Petani itu khawatir ia tidak mendapatkan apa-apa ketika ladang harus dikemlakian. Mungkin inilah maksud ungkapan Imam Al-Ghazali ketika menafsirkan firman Allah swt. pada surat Al-Qashasash ayat 77. "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiannmu dari (kenikmatan) dunia". Lalu Imam Al-Gazali dengan menyebut "Ad-Dun-ya mazra'atul akhirat" (Dunia adalah ladang untuk akhirat).
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat suatu itu. Termasuk ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan. Wallahu a'lam.
Demikian uraian singkat tentang Kematian Adalah Nasehat Untuk Manapaki Kehidupan. Semoga bermanfaat dan marilah renungkan bahwa hidup ini hanya sementara.
0 Response to "Kematian Adalah Nasehat Untuk Menapaki Kehidupan."
Post a Comment