Dialog Dua Malaikat dan Kisah Batalnya Seseorang Yang Akan Naik Haji.
Saturday, September 7, 2019
Add Comment
Ilustrasi Seorang Al-Mufawaq yang Batal Naik Haji. |
Pembaca budiman, Rahmat serta Bimbingan-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dang mengharap Ridho-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Alkisah kala itu seorang wara' atau ahli ibadah dan alim Ibnu Mubarak sedang berbaring di pelataran Masjidil Haram. Dengan hati yang begitu lega karena ia baru saja usai menunaikan pelaksanaan ibadah haji. Dari seluruh rankaian ; mulai ihram, tawaf, sya'i hingga tahalul, telah dijalani dengan khusu' dan penuh hikmat. Dalam benak hatinya ia berharap besar hajinya dapat diterima oleh Allah dengan predikat haji mabrur.
Dengan dinaungi awan yang mulai redup karena matahari mulai condong ke arah barat, dan udara yang mulai sejuk tak terasa rasa kantuk mengelabuhi pandangannya hingga ia tertidur dengan pulasnya. Dalam tidurnya itu ia bermimpi mendengar dua malaikat yang sedang bercakap-cakap atau dialog. Diantara dialog kedua malaikat yang ia dengar adalah sebagai berikut :
"Ada berapakah kaum muslilimin yang haji pada tahun ini?" Tanya salah satu Malaikat.
"Kurang lebih ada sekitar 700 ribu orang" Jawab Malaikat yang satunya.
"Berapakah yang dieterima Allah?" Tidak ada satupun yang diterima! Jawab Malaikat itu kembali.
Seketika malaikat yang bertanya itu pun termenung. Membayangkan betapa naasnya jema'ah haji tahun ini. Ibadah haji yang mereka lakukan dengan hidmatnya, ternyata di mata Allah tak ada nilainya. Ibnu Mubarak yang saat itu mendengar dalam mimpinya bahwa dirinyapun yang termasuk tidak diterima.
Tak seberapa lama percakapan malaikat itu mengatakan kembali, Namun sebab amal shaleh seorang yang batal naik haji tahun ini, akhirnya seluruh ibadah haji jama'ah tahun ini, diterima oleh Allah Subhaanahu Wata'ala.
"Siapakah seseorang tersebut?" Tanya malaikat yang satunya penasaran. "Ia dalah Al-Mufawaq".
Dan dalam perbincangan kedua malaikat sampai pada berita bahwa seluruh ibadah haji tahun ini diterima oleh Allah SWT, dikarenakan amal shaleh Al-Mufawaq yang batal naik haji tahun ini, seketika Ibnu Mubarak terjaga dari tidurnya.
Ia begitu kaget dan segera bergegas pergi untuk mencari gerangan siapakah itu Al-Mufawaq yang disebutkan malaikat dalam miminya. Setelah Ibnu Mubarak menelusuri dari satu tempat ke tempat yang lain maka ditemukannya, ternyata ia adalah seorang tukang sol sepatu yang tinggal di daerah Damaskus syria.
Akhirnya kedua insan yang baru saja kenal yaitu antara Ibnu Mubarak dan Al-Mufawaq, saling bincang untuk menanyakan sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh Mufawaq tersebut. Inilah pembicaraan antara Ibnu Mubarak dan Mufawaq itu.
"Apakah anda yang bernama Al-Mufawaq yang batal naik haji tahun ini?. Tanya Ibnu Mubarak mengawali percakapan dengan orang yang dicari-carinya.
"Ya dan bagaiman anda bisa mengetahuinya?". Jawab Al-Mufawaq yang juga balik bertanya.
"Ibnu Mubarak tak mau gegabah, ia tak lantas menjelaskan tentang mimpinya. Malah dengan segera ia mengajukan pertanyaan yang lainnya"
"Gerangan apa yang membuatmu batal menuniakan rukun Islam yang kelima?". sergah Ibnu Mubarak penasaran.
Heningpun menyelubungi keduanya Al-Mufawaq terlihat kosong pandanganya. Lalu menghela nafas agak panjang, kemudaian mengatur emosi dalam sanubarinya, agar dapat angkat bicara. Ibnu Mubarakpun terdiam, ia begitu tak sabar menanti jawaban dari Al-Mufawaq.
"Engkau sekarang tahu sendiri di rumahku ini, bahwa aku hanyalah tukang sol sepatu di kota ini", dengan mata berkaca seolah air matanya akan jatuh menetes, Al-Mufawaq mengawali cerita/kisah kegagalannya untuk naik haji. Dan Ibnu Mubarak tak menimpali sepatah kata-pun malah ia semakin diam agar dapat terkonsentrasi mendengarkan penjelasan Al-Mufawaq.
"Tentunya menunaikan ibadah haji adalah sebuah impian besar bagiku. Ya bagaimana tidak. Dengan hal itu aku dapat menyempurnakan rukun Islam yang lima tersebut. Akupun telah menabung jauh-jauh hari. Dan hasil upah jasa menjahit sepatu bekas, ku-kumpulkan sedikit demi sedikit/sepeser demi sepeser uang, guna mewujudkan impianku. Alhamdulillah setelah sekian lama akhirnya aku perkirakan uang tabunganku sudah mencukupi. Dan saat saya hitung telah terkumpul 350 dirham"
"Namun ketika aku berniat untuk menata barang bawaanku dan bergegas untuk pergi ke Mekkah, tiba-tiba istriku yang sedng hamil muda, menghampiriku dan berkata, "wahai suamiku" sungguh aku tidak pernah mencium bau aroma masakan selezat ini sebelumnya. Suamiku, betapa senang hatiku kiranya engkau berkenan mencari sumber aroma masakan itu dan meminta sedikit saja demi menuruti keinginan jabang bayi di perutku ini"
Ternyata istri Al-Mufawaq saat itu tengah ngidam. Al-Mufawaq lantas keluar rumah dan mencari sumber aroma masakan tersebut. Dan memang sungguh dari aromanya saja terbayang betapa lezatnya masakan tersebut.
Sampailah ia di rumah salah seorang janda beranak pinak (alias banyak anak), yang tengah memasak di dapurnya. Tanpa berkata panjang lebar, ia segera mengutarakan maksud kedatangannya untuk meminta sedikit saja masakan janda tersebut.
"Jangan sekali-kali engkau meminta masakan ini. Sebab aku tak akan memberikannya. Ujar janda yang menolak mentah-mentah permintaan Al-Mufawaq. Al-Mufawaq pun tak patah arang ia menawarkan akad jual beli kepada si janda agar rela menjual masakannya meski dengan harga mahal sekalipun.
Namun sekali tidak tetap tidak. Janda itu tetap tak bergeming. Menolak dengan keras segala penawaran yang diajukan oleh Al-Mufawaq sekalipun dengan harga berapun. Al-Mufawaq-pun terheran mengapa wanita ini begitu kukuh tak mau memberikan barang sedikit saja hasil dari masakannya.
Namun Al-Mufawaq begitu memaksa, dan wanita itupun sudah begitu kehabisan akal untuk menolaknya, Akhirnya sang janda berkata : "Sungguh makanan ini tak kuberikan kepadamu, karena bagiku ini halal, sedang bagi tuan, masakan ini haram".
Al-Mufawaq semakin bingung dengan ujaran sang janda tersebut. Mengapa masakan selezat itu bisa haram hukumnya untuk Al-Mufawaq?. Oh ternyata janda itu merupakan orang yang fakir dan miskin. Sedangkan ia mimiliki tanggungan beberapa anak yang sedang lemas karena kelaparan.
Ya mereka telah berhari-hari tak makan. Bahkan mereka sekeluarga terancam mati karena kelaparan. Dan ketika sang janda sedang menyusuri jalan, ia melihat bangkai keledai yang sudah membujur kaku di pinggir jalan. Kemudian iapun mengambilnya dan kemudian jadilah masakan yang kini sedang diperdebatkan.
Al-Mufawaq tersentak hatinya dan merasa iba, ia segera berjalan dengan gontai berbalik menuju kerumahnya. Ia ambil sekantong uang dirham yang tadinya untuk ia rencanakan sebgai dana ibadah hajinya. Ia tak lagi menghiraukan tentang kagagalan naik haji yang telah lama ia dambakan. Baginya kebatalannya demi menolong kehidupan si janda beserta anaknya lebih penting ketimbang impiannya, untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima itu.
Ia lantas kembali kerumah si janda dengan membawa sekantong uang dirhamnya. Ia memberikan uang ini untuk dimanfaatkan oleh si janda sebagai modal untuk membuka usaha. Sehingga nantinya kehidupan anak-anak si janda itu dapat terjamin dan sang jandapun tak sampai terpaksa mengolah bangkai keledai demi melangsungkan kehidupan mereka.
Itulah yang diceritakan kepada Ibnu Mubarak oleh Al-Mufawaq sebagai penutup ceritanya.
"Masya Allah ternyata akibat amal itulah engkau menjadi sebab diterimanya 700 ribu jama'ah haji di tahun ini". Ujar Ibnu Mubarak yang terharu mendengar kisah Al-Mufawaq tersebut. Al-Mufawaq yang tak mengerti maksud Ibnu Mubarak terlihat kebingungan.
"Apa maksud dari ujaramu, wahai orang yang mendatangiku secara tiba-tiba?"
Ibnu Mubarak akhirnya menjelaskan tentang mimpi yang telah ia alami. Seketika itu Al-Mufawaq tersungkur sujud bahagia, dengan tetesan air mata syukur dan terharu akan karunia Allah yang maha besar.
Demikian urian singkat dalam kisah dialog dua Malaikat dan Seseorang yang batal naik haji. Semoga bermanfaat dan dapat mengispirasi kita, bahwa ternyata sedekah yang tulus, nilainya tak kalah mulianya atau sebanding dengan 70.000 ribu orang yang menunaikan haji. Wallahu'alam bishawwab.
Dengan dinaungi awan yang mulai redup karena matahari mulai condong ke arah barat, dan udara yang mulai sejuk tak terasa rasa kantuk mengelabuhi pandangannya hingga ia tertidur dengan pulasnya. Dalam tidurnya itu ia bermimpi mendengar dua malaikat yang sedang bercakap-cakap atau dialog. Diantara dialog kedua malaikat yang ia dengar adalah sebagai berikut :
"Ada berapakah kaum muslilimin yang haji pada tahun ini?" Tanya salah satu Malaikat.
"Kurang lebih ada sekitar 700 ribu orang" Jawab Malaikat yang satunya.
"Berapakah yang dieterima Allah?" Tidak ada satupun yang diterima! Jawab Malaikat itu kembali.
Seketika malaikat yang bertanya itu pun termenung. Membayangkan betapa naasnya jema'ah haji tahun ini. Ibadah haji yang mereka lakukan dengan hidmatnya, ternyata di mata Allah tak ada nilainya. Ibnu Mubarak yang saat itu mendengar dalam mimpinya bahwa dirinyapun yang termasuk tidak diterima.
Tak seberapa lama percakapan malaikat itu mengatakan kembali, Namun sebab amal shaleh seorang yang batal naik haji tahun ini, akhirnya seluruh ibadah haji jama'ah tahun ini, diterima oleh Allah Subhaanahu Wata'ala.
"Siapakah seseorang tersebut?" Tanya malaikat yang satunya penasaran. "Ia dalah Al-Mufawaq".
Dan dalam perbincangan kedua malaikat sampai pada berita bahwa seluruh ibadah haji tahun ini diterima oleh Allah SWT, dikarenakan amal shaleh Al-Mufawaq yang batal naik haji tahun ini, seketika Ibnu Mubarak terjaga dari tidurnya.
Ia begitu kaget dan segera bergegas pergi untuk mencari gerangan siapakah itu Al-Mufawaq yang disebutkan malaikat dalam miminya. Setelah Ibnu Mubarak menelusuri dari satu tempat ke tempat yang lain maka ditemukannya, ternyata ia adalah seorang tukang sol sepatu yang tinggal di daerah Damaskus syria.
Akhirnya kedua insan yang baru saja kenal yaitu antara Ibnu Mubarak dan Al-Mufawaq, saling bincang untuk menanyakan sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh Mufawaq tersebut. Inilah pembicaraan antara Ibnu Mubarak dan Mufawaq itu.
"Apakah anda yang bernama Al-Mufawaq yang batal naik haji tahun ini?. Tanya Ibnu Mubarak mengawali percakapan dengan orang yang dicari-carinya.
"Ya dan bagaiman anda bisa mengetahuinya?". Jawab Al-Mufawaq yang juga balik bertanya.
"Ibnu Mubarak tak mau gegabah, ia tak lantas menjelaskan tentang mimpinya. Malah dengan segera ia mengajukan pertanyaan yang lainnya"
"Gerangan apa yang membuatmu batal menuniakan rukun Islam yang kelima?". sergah Ibnu Mubarak penasaran.
Heningpun menyelubungi keduanya Al-Mufawaq terlihat kosong pandanganya. Lalu menghela nafas agak panjang, kemudaian mengatur emosi dalam sanubarinya, agar dapat angkat bicara. Ibnu Mubarakpun terdiam, ia begitu tak sabar menanti jawaban dari Al-Mufawaq.
"Engkau sekarang tahu sendiri di rumahku ini, bahwa aku hanyalah tukang sol sepatu di kota ini", dengan mata berkaca seolah air matanya akan jatuh menetes, Al-Mufawaq mengawali cerita/kisah kegagalannya untuk naik haji. Dan Ibnu Mubarak tak menimpali sepatah kata-pun malah ia semakin diam agar dapat terkonsentrasi mendengarkan penjelasan Al-Mufawaq.
"Tentunya menunaikan ibadah haji adalah sebuah impian besar bagiku. Ya bagaimana tidak. Dengan hal itu aku dapat menyempurnakan rukun Islam yang lima tersebut. Akupun telah menabung jauh-jauh hari. Dan hasil upah jasa menjahit sepatu bekas, ku-kumpulkan sedikit demi sedikit/sepeser demi sepeser uang, guna mewujudkan impianku. Alhamdulillah setelah sekian lama akhirnya aku perkirakan uang tabunganku sudah mencukupi. Dan saat saya hitung telah terkumpul 350 dirham"
"Namun ketika aku berniat untuk menata barang bawaanku dan bergegas untuk pergi ke Mekkah, tiba-tiba istriku yang sedng hamil muda, menghampiriku dan berkata, "wahai suamiku" sungguh aku tidak pernah mencium bau aroma masakan selezat ini sebelumnya. Suamiku, betapa senang hatiku kiranya engkau berkenan mencari sumber aroma masakan itu dan meminta sedikit saja demi menuruti keinginan jabang bayi di perutku ini"
Ternyata istri Al-Mufawaq saat itu tengah ngidam. Al-Mufawaq lantas keluar rumah dan mencari sumber aroma masakan tersebut. Dan memang sungguh dari aromanya saja terbayang betapa lezatnya masakan tersebut.
Sampailah ia di rumah salah seorang janda beranak pinak (alias banyak anak), yang tengah memasak di dapurnya. Tanpa berkata panjang lebar, ia segera mengutarakan maksud kedatangannya untuk meminta sedikit saja masakan janda tersebut.
"Jangan sekali-kali engkau meminta masakan ini. Sebab aku tak akan memberikannya. Ujar janda yang menolak mentah-mentah permintaan Al-Mufawaq. Al-Mufawaq pun tak patah arang ia menawarkan akad jual beli kepada si janda agar rela menjual masakannya meski dengan harga mahal sekalipun.
Namun sekali tidak tetap tidak. Janda itu tetap tak bergeming. Menolak dengan keras segala penawaran yang diajukan oleh Al-Mufawaq sekalipun dengan harga berapun. Al-Mufawaq-pun terheran mengapa wanita ini begitu kukuh tak mau memberikan barang sedikit saja hasil dari masakannya.
Namun Al-Mufawaq begitu memaksa, dan wanita itupun sudah begitu kehabisan akal untuk menolaknya, Akhirnya sang janda berkata : "Sungguh makanan ini tak kuberikan kepadamu, karena bagiku ini halal, sedang bagi tuan, masakan ini haram".
Al-Mufawaq semakin bingung dengan ujaran sang janda tersebut. Mengapa masakan selezat itu bisa haram hukumnya untuk Al-Mufawaq?. Oh ternyata janda itu merupakan orang yang fakir dan miskin. Sedangkan ia mimiliki tanggungan beberapa anak yang sedang lemas karena kelaparan.
Ya mereka telah berhari-hari tak makan. Bahkan mereka sekeluarga terancam mati karena kelaparan. Dan ketika sang janda sedang menyusuri jalan, ia melihat bangkai keledai yang sudah membujur kaku di pinggir jalan. Kemudian iapun mengambilnya dan kemudian jadilah masakan yang kini sedang diperdebatkan.
Al-Mufawaq tersentak hatinya dan merasa iba, ia segera berjalan dengan gontai berbalik menuju kerumahnya. Ia ambil sekantong uang dirham yang tadinya untuk ia rencanakan sebgai dana ibadah hajinya. Ia tak lagi menghiraukan tentang kagagalan naik haji yang telah lama ia dambakan. Baginya kebatalannya demi menolong kehidupan si janda beserta anaknya lebih penting ketimbang impiannya, untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima itu.
Ia lantas kembali kerumah si janda dengan membawa sekantong uang dirhamnya. Ia memberikan uang ini untuk dimanfaatkan oleh si janda sebagai modal untuk membuka usaha. Sehingga nantinya kehidupan anak-anak si janda itu dapat terjamin dan sang jandapun tak sampai terpaksa mengolah bangkai keledai demi melangsungkan kehidupan mereka.
Itulah yang diceritakan kepada Ibnu Mubarak oleh Al-Mufawaq sebagai penutup ceritanya.
"Masya Allah ternyata akibat amal itulah engkau menjadi sebab diterimanya 700 ribu jama'ah haji di tahun ini". Ujar Ibnu Mubarak yang terharu mendengar kisah Al-Mufawaq tersebut. Al-Mufawaq yang tak mengerti maksud Ibnu Mubarak terlihat kebingungan.
"Apa maksud dari ujaramu, wahai orang yang mendatangiku secara tiba-tiba?"
Ibnu Mubarak akhirnya menjelaskan tentang mimpi yang telah ia alami. Seketika itu Al-Mufawaq tersungkur sujud bahagia, dengan tetesan air mata syukur dan terharu akan karunia Allah yang maha besar.
Demikian urian singkat dalam kisah dialog dua Malaikat dan Seseorang yang batal naik haji. Semoga bermanfaat dan dapat mengispirasi kita, bahwa ternyata sedekah yang tulus, nilainya tak kalah mulianya atau sebanding dengan 70.000 ribu orang yang menunaikan haji. Wallahu'alam bishawwab.
0 Response to "Dialog Dua Malaikat dan Kisah Batalnya Seseorang Yang Akan Naik Haji."
Post a Comment