Sudahkah Anda Merasakan Nikmatnya Shalat?
Wednesday, December 4, 2019
Add Comment
Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi ita dalam segala aktivitas di dunia ini untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Jangan Sampai Shalat Hanya Menjadi Rutinitas Yang Sia-sia.
Umat Islam telah diwajibkan untuk melaksanakan shalat itu kalau dilihat dari bahasa awam, tetapi bahasa Al-Qur'an bukan sekedar melaksanakan shalat saja, tetapi difirmankan oleh Allah SWT yaitu "Mendirikan Shalat". Dari makna mendirikan tentu akan sangat berbeda dengan yang dinamakan melaksanakan. Sebab jika seseorang hanya melaksanakan saja, maka ketika telah selesai ia tunaikan, shalat itu, selesai pula tugasnya dan seolah telah bebas dari tugas yang ia kerjakan.
Lain halnya dengan kata "Mendirikan" , disisni mempunyai makna yang sangat tinggi sebab ketika kita telah selesai melaksanakan shalat, maka akan berusaha untuk menjaga daripada nilai yang terkandung dalam shalat tersebut, baik kita berada di tempat kerja, di tempat usaha, di tempat niaga, di tengah masyarakat dan dimanapun kita berada, nilai shalat itu akan tetap terjaga dengan baik. Orang yang shalatnya khusu' pasti akan selalu dapat menjaga dari perbuatan keji dan mungkar.
Shalat yang didirikan dengan niat yang tulus dengan tata cara yang benar, sudah barang tentu akan dapat dirasakan betapa nikmatnya shalat tersebut. Namun tidak semua muslim mampu merasakan kenikmatan menjalani shalat secara berkwalitas. Lantas bagaimana cara agar kita dapat merasakan nikmatnya shalat?.
Sehinga shalat ini bukan hanya menjadi rutinitas yang biasa saja, atau bahkan menjadi sia-sia.
Seorang ulama Ahmad bin Harb pernah menceritakan keluh kesahnya mengenai kwalitas yang beliau alami. Beliau-pun berkata kepada Allah swt. "Ya Allah aku telah beribadah khususnya shalat selama 50 tahun kepada-Mu, namun tidak pernah kunikmati kenikmatan beribah, kecuali ketika aku dapat meninggalkan tiga perkara ini :
1. Meninggalkan ridha mansia sehingga dia mampu mengucap kebenaran.
2. Meninggalkan dengan orang-orang yang tak sholeh.
3. Meninggalkan kenikmatan dunia demi mendapatkan kenikmatan akhirat.
Dari ketiga perkara yang pernah dialami beliau, hal itu menjadi indikasi bahwa ketika kita belum dapat meninggalkan ketiga perkara itu, maka ibadah shalat yang kita lakukan selama ini, belum pada tahab mengasikkan atau nikmat. Dan beliau mengatakan jika perkara yang tiga itu sudah dapat diamalkan dengan benar dan ikhlas, barulah akan menemukan bagaimana rasa nikmatnya shalat.
Sebab memang tidaklah mudah untuk mencapai tahapan menjalankan ibadah dengan khusu' dan nikmat, apalagi jika dalam dirinya sedang terdapat permasalahan yang sedang mendera kita. Namun kendati demikian para ulama tetap menganjurkan agar setiap umat Muslim dapat melaksanakan ibadah shalat dengan khusu' agar dapat mencapai rasa kenikmatan ketika sedang shalat berlangsung. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin menyatakan orang yang lemah adalah orang yang penglihatannya dan pendengaranyya itu tidk pernah mau melihat apa yang telah Allah ciptakan di alam semesta ini, dan telinganya tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat dari para ulama, atau suara kebenaran yang disampaikan oleh siapapun. Nah ini yang menyebabkan pikirannya tidak fokus ketika sedang beribadah shalat. Nah ketikdak-fokusan itu membuat kita tidak dapat khususnya merasakan lezatnya atau nikmatnya sholat dan juga beribadah yang lainnya.
Oleh karena itu, beliau menganjurkan untuk melepaskan diri dari segala hal yang mengganggu konsentrasi. Seperti ketika shalat pandangan ditundukkan ke arah yang sudah diatur dalam adab sholat itu. Maka sebelum melaksanakan shalat berusaha untuk menyingkirkan barang-barang di sekitar kita yang dapat mengganggu fokus dan beberapa hal lain dapat membantu pemusatan fokus dalah ibadah shalat tersebut.
Menurut Imam Al-Ghazali, penglihatan dan pendengaran manusia adalah sumber utama godaan. Maka sangat dianjurkan bagi setiap umat Muslim dalam aktivitas sehari-hari untuk melihat dan mendengarkan hal-hal yang baik saja dalam menempuh hidup di dunia ini. Selain dapat menghindari hal-hal yang tak diinginkan, melihat dan mendengar hal yang baik saja akan membuat aura positif bagi jiwa.
Tak hanya itu ; Raulullah SAW, dalam hadit yang diriwayatkan Iman Abu Daud dari Anas bin Malik berkata : "Allahumma ini 'audzu bika min shalatin la tanfa'".
Yang artinya : Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari shalat yang tidak bermanfa'at (berguna)"
Tahapan nikmad dalam beribadah khusunya shalat bagi hamba biasa seperti kita, bukan hal yang mustahil. Asalkan dengan syarat beberapa hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah SWT dapat kita hindari.
Jikalau kita mendengarkan beberapa kisah dan pernyataan para Sahabat, Tabi'in, Tabiut-Tabi'in serta ulama-ulama salaf, mengenai nikmatnya mendirikan shalat dan melaksanakan ibadah hampir separuh dari waktu yang mereka miliki. Para sahabat meniru yang kerap memancarkan kekhusu'an ketika mereka shalat.
Salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Nasai, Imam Ahmad, Nabi SAW, bersabda : "Ja'altu Qurrata a'yuni fi shalati" Yang artinya artinya "Suatu yang paling menyenangkan hatiku adalah pada saat mengerjakan shalat".
Dalam al-Qur'an, Allah SWT memberi tahu bahwa ciri orang yang betul-betul beriman dan akan menempati surga adalah mereka yang melakukan shalat dengan khusu' dan nikmat, sebagaima finman-Nya sebagai berikut. :
3. Meninggalkan kenikmatan dunia demi mendapatkan kenikmatan akhirat.
Dari ketiga perkara yang pernah dialami beliau, hal itu menjadi indikasi bahwa ketika kita belum dapat meninggalkan ketiga perkara itu, maka ibadah shalat yang kita lakukan selama ini, belum pada tahab mengasikkan atau nikmat. Dan beliau mengatakan jika perkara yang tiga itu sudah dapat diamalkan dengan benar dan ikhlas, barulah akan menemukan bagaimana rasa nikmatnya shalat.
Sebab memang tidaklah mudah untuk mencapai tahapan menjalankan ibadah dengan khusu' dan nikmat, apalagi jika dalam dirinya sedang terdapat permasalahan yang sedang mendera kita. Namun kendati demikian para ulama tetap menganjurkan agar setiap umat Muslim dapat melaksanakan ibadah shalat dengan khusu' agar dapat mencapai rasa kenikmatan ketika sedang shalat berlangsung. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin menyatakan orang yang lemah adalah orang yang penglihatannya dan pendengaranyya itu tidk pernah mau melihat apa yang telah Allah ciptakan di alam semesta ini, dan telinganya tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat dari para ulama, atau suara kebenaran yang disampaikan oleh siapapun. Nah ini yang menyebabkan pikirannya tidak fokus ketika sedang beribadah shalat. Nah ketikdak-fokusan itu membuat kita tidak dapat khususnya merasakan lezatnya atau nikmatnya sholat dan juga beribadah yang lainnya.
Oleh karena itu, beliau menganjurkan untuk melepaskan diri dari segala hal yang mengganggu konsentrasi. Seperti ketika shalat pandangan ditundukkan ke arah yang sudah diatur dalam adab sholat itu. Maka sebelum melaksanakan shalat berusaha untuk menyingkirkan barang-barang di sekitar kita yang dapat mengganggu fokus dan beberapa hal lain dapat membantu pemusatan fokus dalah ibadah shalat tersebut.
Menurut Imam Al-Ghazali, penglihatan dan pendengaran manusia adalah sumber utama godaan. Maka sangat dianjurkan bagi setiap umat Muslim dalam aktivitas sehari-hari untuk melihat dan mendengarkan hal-hal yang baik saja dalam menempuh hidup di dunia ini. Selain dapat menghindari hal-hal yang tak diinginkan, melihat dan mendengar hal yang baik saja akan membuat aura positif bagi jiwa.
Tak hanya itu ; Raulullah SAW, dalam hadit yang diriwayatkan Iman Abu Daud dari Anas bin Malik berkata : "Allahumma ini 'audzu bika min shalatin la tanfa'".
Yang artinya : Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari shalat yang tidak bermanfa'at (berguna)"
Tahapan nikmad dalam beribadah khusunya shalat bagi hamba biasa seperti kita, bukan hal yang mustahil. Asalkan dengan syarat beberapa hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah SWT dapat kita hindari.
Jikalau kita mendengarkan beberapa kisah dan pernyataan para Sahabat, Tabi'in, Tabiut-Tabi'in serta ulama-ulama salaf, mengenai nikmatnya mendirikan shalat dan melaksanakan ibadah hampir separuh dari waktu yang mereka miliki. Para sahabat meniru yang kerap memancarkan kekhusu'an ketika mereka shalat.
Salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Nasai, Imam Ahmad, Nabi SAW, bersabda : "Ja'altu Qurrata a'yuni fi shalati" Yang artinya artinya "Suatu yang paling menyenangkan hatiku adalah pada saat mengerjakan shalat".
Dalam al-Qur'an, Allah SWT memberi tahu bahwa ciri orang yang betul-betul beriman dan akan menempati surga adalah mereka yang melakukan shalat dengan khusu' dan nikmat, sebagaima finman-Nya sebagai berikut. :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman". "Yaitu orang-orang yang khusu' dalam shalanya" (QS, Al-Mukminun (23) :1-2).
Pada ayat selanjutnya yaitu ayat 11 masih dalam surat yang sama, Allah menjelaskan bahwa merakalah yang akan mewarisi surganya dan kekal di dalamnya. Inilah firman Allah yang dinyatakan dalam Al-Qur'an :
"(Yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus mereka kekal di dalamnya". (QS, Al-Mukminun : 11)
Dari kutipan ayat ke 11 dalam surat Almukminun di atas, menutup uraian artikel ini.
Semoga bermanfaat dan dapat memberikan semangat dengan ikhlas khususnya dalam shalat, untuk meraih keberuntungan di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin...
0 Response to "Sudahkah Anda Merasakan Nikmatnya Shalat?"
Post a Comment