Kisah Uwais Al-Qarni Sahabat Nabi SAW, (al-Mukhodhrom)
Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)
Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Seorang pemuda yang mempunyai badan tegap namun di sekujur tubuhnya terkena penyakit sopak, (tubuhnya belang-belang). Pemuda ini bernama Uwais Al-Qarni dan tinggal di suatu negeri Yaman. Walapun cacat dalam tubuhnya, namun tergolong pemuda yang sholeh dan sangat berbakti kepada ibunya. Ibunya adalah seorang perempuan yang sudah tua dan lumpuh. Uwais senantiasa merawat serta memenuhi semua keperluan ibunya. Hanya satu permintaan ibunya yang tak mungkin terkabulkan.
Anakku, ibu ingin meminta kepadamu untuk menunaikan ibadah haji bersamamu "Pinta ibunya". Uwais tercenung, dalam benaknya berkata ; perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir yang tandus dan sangat panas. Orang-orang ketika akan pergi ke Mekkah menggunakan Unta dan banyak membawa perbekalan. Tetapi Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan (kuda atau keledai).
Namun demi permintaan ibunya Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian dibelilah seekor anak lembu dari hasil upah yang ditabung dari menggembala hewan seorang majikannya. Kira-kira untuk apa seekor anak lembu itu?. Tidak mungkin pergi haji naik lembu. Oo ternyata Uwais membuat kandang lembu itu di atas puncak bukit.
Mulailah setiap pagi Uwais menggendong anak lembu itu di pagi harinya membawa ke atas bukit dan sore harinya menggendong anak lembu itu dibawa turun pulang. Kandang di bukit itu hanya sekedar untuk berteduh jikalau hari sudah terik.
Dengan apa yang dilakukan Uwais yang tidak lumrah itu, maka ramelah orang yang melihatnya sembari berkata ; "Uwais gila.... Uwais gila" kata orang banyak. Yang memang dari kelakuan Uwais sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong anak lembu tersebut naik turun bukit. Dan sudah barang tentu makin hari makin besar dan makin berat. Tenaga yang dibutuhkan Uwais juga harus makin kuat. Tetapi dikarenakan setiap hari latihan terus untuk menggendong anak lembu yang membesar dan berat itu, maka tidak terasa lagi.
Setelah kira-kira sudah berjalan 10 bulan, sampailah musim Haji. Lembu Uwais juga beratnya hambir mencapai 100 kg, begitu pula dengan otot tangan maupun punggung Uwais juga makin membesar dan kuat. Ia menjadi kuat mengangkat barang dengan bobot 100 kg dan terasa ringan.
Uwais menggendong ibunya menuju ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Orang-orang baru tahu apa yang selama ini Uwais lakukan dengan tingkah yang aneh sehingga disangka gila, ternyata itu semua suatu latihan untuk menggendong ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman menuju Mekkah!. Subhanallah, alangkah besar cinta dan hormatnya Uwais terhadap ibunya. Ia rela menempuh perjalan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Lalu setibanya di Mekkah Uwais dengan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Sang ibu terharu dan bercucuran air mata telah dapat melihat Baitullah. Di depan Ka'bah ibu dan anak tiu berdoa : Ya Allah ampunilah semua dosa ibu "kata Uwais". Bagaimana dengan dosamu? "Tanya ibunya terheran" Uwais menjawab "Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga". Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.
Subhanallah, itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah-pun memberikan karunia-Nya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih dibalik telapak tangannya. Tahukah apa hikmah disisakan oleh Allah bulatan putih dibalik telapak tangannya?. Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Nabi SAW, untuk dapat mengenali Uwais nanti di Mekkah.
Kisah Perjalanan Hidup Uwais Al-Qarni.
Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal di negeri Yama. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yaitm. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Ia hidup hanya berdua dengan ibunya karena tidak mempunyai sanak famili sama sekali.
Dalam kehidupan sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada siang hari. Upah yang dierimanya cukup untuk nahkah dirinya dan ibunya. Bila ada kelebihan terkadang ia simpan dan sedikit untuk membantu tetangganya yang juga miskin. Demikian pekerjaan Uwais setiap harinya.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai anak yang patuh terhadap orang tua dan sangat tekun ibadahnya. Uwais walaupun bekerja berat menggembalakan kambing di padang yang panas tetapi tetap selalu berpuasa sunnah. Dari Puasa senin-Kamis dan puasa sunnah-sunah yang lainnya. Dan tiap malam selalu melakukan ibadah di tengah malam.
Setiap Uwais melihat tetangganya yang baru saja datang dari Madinah hatinya merasa sedih. Mereka telah dapat berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW, sedang dirinya belum sama sekali berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW mendapat cedera dan giginya patah, karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya hingga patah pula. Hal ini dilakukan adalah sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah bertemu beliau.
Hari demi hari berlalu dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk bertemu dengan Rasulullah SAW semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah aku dapat bertemu Nabi Muhammad SAW, dan memandang wajah beliau dari dekat?. Ia sangat rindu dengan suara Nabi Muhammad SAW, walaupun belum pernah mendengar langsung. Ini disebabkan karena kerinduan iman.
Ia merenung kembali, tapi bukankah aku mempunyai seroang ibu yang telah tua renta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan dalam keadaan yang demikian?. Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu untuk dapat memandang wajah Nabi SAW.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi SAW yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahan lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah SAW di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perassan Uwais seraya berkata : "Pergilah wahai Uwais anakku" Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau pulang kembali.
Betapa gembira hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibuya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan, serta menitipkan kepada tetangga untuk dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
Uwais Al-Qarni Dalam Perjalanan Menju Madinah.
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga di kota Madinah. Segera ia mencari rumah Rasulullah SAW. Setelah menemukan rumah Nabi SAW, diketuk pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi SAW yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi SAW tidak ada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah, r.anha. Istri Nabi SAW. Betapa kecewa hati Uwais Al-Qarni dari jauh ia datang untuk bertemu Nabi SAW, tetapi Nabi SAW tidak dapat dijumpai.
Dalam benak hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tetapi kapankah Nabi SAW pulang?. Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman. "Engkau harus lekas pulang nak apabila sudah berjumpa Nabi SAW".
Akhirnya karena ketaatanya dengan ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hatinya dan kemauan untuk menunggu dan berjumpa Nabi SAW. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah, r.anha. untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW. Setelah itu Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkah untuk pulang dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi SAW pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi SAW menanyakan tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni adalah seroang yang taat kepada ibunya adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi SAW, Siti Aisyah r.anha dan para sahabatnya tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah, r.anha memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan skit-sakitan sehingga tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad SAW melanjutkan tentang Uwais Al-Qarni itu adalah penghuni langit, "kepada para sahabatnya". "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia memiliki tanda putih dibalik telapak tangannya".
Sesudah Nabi SAW berbicara lalu memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab, seraya berkata : "Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, karena dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.
Waktu terus berganti, dan Nabi SAW, kemudaian wafat. Kekhalifan Abu Bakar pun telah diganti pula oleh Umar Bin Khattab. Pada suatu ketika Umar bin Khattab sedang istirahat setelah menunaikan tugas kekhalifaanya, tepatnya setelah shalat asyar, teringat akan sabda Nabi SAW tentang Uwais Al-Qarni penghuni langit.
Lantas beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi SAW, kepada Ali bin Abi Thalib. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar.r.a dan Ali,r.a. selalu menanyakan Uwais Al-Qarni si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari, milik orang lain. Mengapa Khalifah Umar bin Khattab, r.a dan Ali bin Abi Thalib, r.a selalu menanyakan dia?
Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa dagangan mereka. Suatu ketika Uwais Al-Qarni ikut bersama rombongan mereka. Rombongan kafilah itupun sampai di Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar bin Khattab. r.a dan Ali bin Abi Thalib, r.a. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersamanya. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta kafilah di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu Khalifah Umar bin Khattab, r.a dan Ali bin Abu Thalib, r.a segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni tersebut.
Sesampainya di tempat kemah Uwais Al-Qarni berada, Khalifah Umar dan Ali memberi salam. Tetapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah meng-akhiri shalatnya, Uwais menjawab salam Khalifah Umar, r.a dan Ali, r.a. sambil mendekati kedua sahabat Nabi Muhammad SAW ini sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar bin Khattab, r.a. dengan segera membalikkan tangan Uwais Al-Qarni untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di balik telapak tangan Uwais, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. "Memang benar!" tampaklah tanda putih dibalik telapak tangan Uwais Al-Qarni tersebut.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benar seperti sabda Nabi SAW, bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar bin Khattab, r.a dan Ali bin Abi Thalib, r.a menanyakan namanya dan di jawab "Abdullah" . Mendengar jawaban Uwais, mereka berdua tertawa dan mengatakan "Kami juga Abdullah" yakni hamba Allah. Tetapi siapakah namamu yang sebenarnya?. Kemudian berkata, nama saya adalah "Uwais Al-Qarni".
Dalam perbincangan mereka, diketahui bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya Khalifah Umar bin Khattab, r.a. dan Ali bin Abi Thalib, r.a. memohon agar Uwais membacakan do'a dan istghfar untuk mereka berdua. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, sayalah yang harus meminta do'a pada kalian.
Mendengar perkataan Uwais Al-Qarni, Khalifah berkata : kami datang kesini untuk memohon doa dan istighfar dari anda. Seperti yang dikatan Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar bin Khattab itu berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais Al-Qarni untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata : "Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".
Keajaiban Terjadi Ketika Uwais Al-Qarni Wafat.
Beberapa tahun kemudia Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Kejadian aneh pada saat dia akan dimakamkan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ketempat pembaringan untuk dikafani, disanapun sudah banyak orang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, ternyata disana sudah ada orang yang menggali kuburannya hingga selesai. Ketika keranda atau usungan dibawa menuju kepekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebut ingin mengusungya.
Meninggal Uwasi Al-Qarni telah menggemparkan negeri Yaman. Karena banyak hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang tak dikenal berdatangan utnuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan hingga jenazah hendak diturunkan ke liang kubur, disitu telah ada orang yang siap melaksanakannya terlebih dulu.
Penduduk Yaman tercengang mereka saling bertanya-tanya"Siapakah engkau wahai Uwais Al-Qarni?" bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerja sehari-harinya hanyalah penggembala domba dan unta?. Tetapi ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dengan jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan oleh Allah ke bumi, hanya untuk mengurusi jenazah dan pemakamanmu. Subhanallah, hu Akbar".
Berita meninggal Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar kemana-mana. Barulah saat itu penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada yang mengetahuinya siapa Uwais Al-Qarni, disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar bin Khattab, r.a dan Ali bin Abi Thalib,r.a agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Demikian akhir dari kisah seorang Uwais Al-Qarni yang pernah disabdakan Nabi Muhammad SAW bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit. Wallahu'alam.
Semoga uraian singkat dari "Kisah Uwais Al-Qarni Sahabat Nabi SAW (al-Mukhodhrom)" menjadikan keimanan kita selalu bertambah, dan selalu berbuat yang terbaik untuk kedua orang tua kita semua. Aamiin...
0 Response to "Kisah Uwais Al-Qarni Sahabat Nabi SAW, (al-Mukhodhrom)"
Post a Comment