Tak Ada Tangis Yang Lebih Haru Di Madinah, Dari Kisah Di Bawah Ini.
Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Kisah)
Pembaca budiman, Bibingan serta Ridha-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Nama Bilal bin Rabbah tentu sudah tidak asing lagi khususnya dikalangan Muslim di berbagai belahan dunia. Bukan karena hanya sebagai sahabat Rasulullah SAW tetabi beliau juga dikenal sebagai muadzin pertama yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengumandangkan adzan saat hukum syariat adzan diperintahkan Allah SWT.
Bilal bin Rabbah selalu setia, dan setiap waktu subuh menjelang shalat, Bilal selalu mendatangi Nabi Muhammad, dan berkata : "aku datang wahai Rasulullah, waktu shalat telah tiba". Namun juga bukan hanya Bilal saja yang mendatangi, tetapi Rasulullah pun sesekali mendatangi Bilal dan berkata : "Wahai Bilal waktu shalat telah tiba".Lalu aku bersama Rasulullah saw. mendekat ke menara dan aku naik, dan Rasululullah melihatku.
Selain apa yang Bilal bin Rabbah lakukan sebagai juru adzan yang diperintahkan Rasulullah SAW, masih banyak hal-hal yang dilakukan dengan perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam menegakkan Islam agar dapat menerangi jagad raya ini.
Ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, Bilal bin Rabbah adalah salah satu dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat mendalam kesedihannya. Karena kecintaanya yang sangat mendalam, sepeninggalnya Rasulullah SAW, Bilal ingin meminta izin kepada Abu Bakar As-Siddiq, untuk tidak lagi mengumandangkan adzan.
Suatu hari Bilal bin Rabbah mendatangi Abu Bakar As-Siddiq, dan berkata : Wahai Khalifah, aku minta izin. Tolong izinkan aku untuk tidak adzan lagi.
Lalu Abu Bakar As-Siddiq berkata ; "Wahai Bilal aku tidak akan menurunkan orang yang telah diangkat oleh Rasulullah SAW". Bilal kembali mengulang kalimatnya dan meminta tolong untuk diizinkan tidak lagi adzan. "Tidak sekali lagi tidak" jawaban Abu Bakar As-Siddiq. Namun jika engkau ada alasan, aku akan izinkan.
Kemudian Bilal bin Rabbah menyampaikan alasannya dengan deraian air mata, sembari menoleh ke arah menara dan melihat ke kubur Rasullah SAW, yang dulunya adalah kamar Rasulullah SAW, sambil berkata :
Wahai Abubakar, kebiasaanku waktu Nabi Muhammad masih hidup, adalah sebelum masuk waktu shalat aku selalu mendatangi Rasulullah SAW. dan aku berkata kepada Nabi SAW, waktu shalat telah tiba. Dan kadang Nabi SAW-pun yang datang ketempatku seraya berkata : "Ya Bilal waktunya shalat tiba". Kemudian aku bersama Rasulullah SAW mendekat kemenara, dan aku naik, Rasulullah SAW melihatku. Lalu aku menghadap kiblat, dan sebelum adzan, aku menoleh kepada Nabi Muhammad SAW, yang berada di tempat itu, kemudian aku mulai mengumandangkan adzan, dan setelah itu aku turun disambut Rasulullah SAW.
Hal itu aku lakukan sehari lima kali dan berulang-ulang. Sehingga sungguh suasana itu mengingatkanku kepada Rasulullah. Sehingga aku tidak mampu lagi melakukan adzan, "wahai Abu Bakar," Mendengar itu, Abu Bakar As-Siddiq meneteskan air mata terharu, lalu mengizinkan Bilal atas permintaan tersebut. Lalu Bilal memutuskan untuk pergi ke negeri Syam untuk menetap disana.
Bilal bin Rabbah sudah berada di negeri Syam dan metatap di sana, dan cukup lama dia menetap di negeri itu. Suatu hari Bilal bermimpi bertemu Rasulllah SAW. Dalam mimpi itu Rasulullah SAW. menegur Bilal dengan berkata : "Wahai Bilal alangkah kerasnya hatimu. Lama kamu tak kunjung kepadaku wahai Bilal"
Saat itu Bilal terbangun dan menangis dengan sekeras-kerasnya hingga membuat keluarganya ketakutan. Dan Bilal hanya bisa berkata : "Sungguh aku saat ini merasa takut yang luar biasa, dan aku tak pernah seumur hidupku takut yang seperti aku rasakan saat ini.
Aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dan ditegur lantaran aku lama tak kunjung kepada Rasulullah SAW. "Aku takut ditinggal Rasulullah, gumamnya". Keluarganya menasehati agar Bilal pergi untuk berziarah ke makam Rasullullah SAW di Madinah.
Tidak membuang waktu lagi Bilal berangkat ke Madinah dengan menaiki Kuda. Dia menuju makam Rasulullah dengan perjalanan yang tak kenal lelah tanpa istirahat karena rasa rindunya ingin melihat melihat tempat makam Rasulullah SAW. di Madinah.
Saat setelah sampai di Madinah, Bilal pun tak kuasa menahan air mata yang mengucur karena ketika teringat dalam perjalanan bukit demi bukit yang ia lewati. Sebab bukit-bukit itu adalah saksi yang pernah ia lalui bersama Rasulullah SAW ketika masih hidupnya.
Bilal terus berjalan denga penuh tetesan air mata, dan tangis semakin kuat dan hingga tak terlihat lagi baginya bangunan-bangunan di Madinah terkecuali makam Rasulullah SAW. Kenangan indah bersama Rasulullah ketika dulu, terasa sangat kuat. Sampailah Bilal di kuburan Rasulullah SAW, ia tertunduk dan mengucapkan salam dengan suara serak.
Dengan ucapan yang lirih dia ucapkan salam pada makam/kubur Rasulullah SAW, namun tak lama ia kaget ada yang memegangnya dari belakang. Ternyata setelah ia menoleh kebelakang ternyata adalah dua pria yang sudah tak asing ia kenalnya yaitu Abu Bakar As-Siddiq, r.a dan Umar bin Khattab ,r.a. Bilal lalu berdiri dan ditegur Abu Bakar As-Siddiq : "Wahai Bilal engkau menangis, dan tangismu tak seperti biasa"
Bilal berkata "Wahai Khalifah, sungguh kali ini aku merasa takut yang sangat. Aku merasa takut ditinggalkan Rasulullah SAW, aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dan Rasulullah pun menegurku, sungguh aku takut ditinggal Rasulullah SAW"
Kemudian Abu Bakar As-Siddiq menghibur Bilal dengan berkata "Wahai Bilal ketahuilah, air mata yang pernah menangis karena rindu Rasulullah SAW, tidak akan ditinggalkan Rasulullah SAW. Dan engkau adalah orang yang tak akan ditinggalkan Rasulullah SAW. Lalu Bilal merangkul Abu Bakar dan air mata pun mulai reda, dan keduanya melanjutkan percakapan.
Lalu Abu Bakar meminta Bilal kembali untuk adzan, dan saat mendapat tawaran itu, Bilal menoleh ke menara dan melihat kembali ke kubur Rarulullah SAW. Air mata yang sudah berhenti kembali berderai lagi dan berkata : "Tidak wahai Abu Bakar, Tidak wahai Umar, Aku masih belum kuat.
Tidak lama kemudian ada dua anak yang masih kecil datang pada Bilal dengan memegang tangan kanan dan krinya. Seorang anak yang memegang tangan kanannya berkata : "Hai tukang adzan kakekku". Dengan panggilan tersebut Bilal kaget dan setelah ia lihat kepada kedua anak kecil yang tengah memegang kedua tangan kanan dan kirinya itu, adalah Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW.
Hal tersebut membuat benar-benar Bilal kaget dan mengangkat tangannya, seraya berdoa : "Ya Allah terima kasih, aku rindu kepada kekasihmu Muhammad SAW, dan telah Engkau kirim kepadaku anak yang sangat dikasihi kekasihmu Muhammad SAW". (Husen dan Hasan Cucu Nabi SAW). Kemudian Bilal berdiri dan menghadap kepada Husen dan Hasan yang sedang berdiri.
Bilal melihat dan memperhatikan kedua anak itu, wajah dan kakinya. Karena wajah Hasan sangat mirip dengan Nabi Muhammad dan kaki Husen mirip dengan kaki Nabi Muhammad SAW. Dengan rasa haru kedua anak kecil itu dipeluk dengan derai air mata Bilal yang sangat deras.
Lalu Bilal berkata : "Ya Rasulullah sungguh bau harum keringatmu aku temukan di cucumu Ya Rasulullah". Tak lama kemudian Hasan dan Husen bilang jika keduanya kangen dengan suara adzan Bilal.
Bilal merasa bingung dan menoleh kepada Abu Bakar As-Siddiq r.a dan Umar bin Khattab.
Abu Bakar,r.a. dan Umar,ra berkata kepada Bilal untuk melakukannya sesuai permintaan kedua cucu Rasulullah SAW. Lalu Bilal menoleh kepada kedua cucu Rasulullah SAW, dan tidak menolak permintaannya.
Lalu Abu Bakar As-Siddiq menentukan mulainya adzan Bilal adalah hari kedua bilal di Madinah yaitu pada waktu subuh. Malam telah berlalu sampailah fajar menyongsong. Berdirilah Bilal bin Rabbah di tempat yang ia biasa lakukan.
Karena kecintaan Bilal kepada Rasulullah SAW, seolah memunculkan sinar dalam diri Bilal ketika sedang mengumandangkan adzan. Suasana pagi itu kembali seperti suasana Rasulullah SAW. masih hidup. Sehingga kenangan itu juga dirasakan banyak orang yang datang akan shalat subuh berjama'ah di masjid Rasulullah yang terletak di Madinah.
Ketika Bilal dalam adzan sampai ucapan lafal Muhammad Rasulullah, bilal menangis, hingga sampai pingsan. Semua orang-pun yang ada di masjid pada saat itu, turut menangis hingga Bilal tak dapat melanjutkan adzannya, dan diganitikan muadzin lain. Dikisahkan pula banyak jama'ah yang juga turut pingsan.
Dari sekian banyak jamaah yang hadir mereka berkata "Apakah Rasulullah dibangkitkan"?. Lalu dijawab oleh sebagian orang yang ada di dalam masijid : "Tidak".
Kalimat orang-orang yang mengatakan "Apakah Rasulullah dibangkitkan", itu karena suasana saat itu seolah Rasulullah SAW berada di samping Bilal ketika beliau masih hidup.
Kenangan masa lampau terkuak kembali, hingga semua jamaah yang hadir menangis bahkan banyak yang pingsan. Kecintaan yang luar biasa ditunjukkan oleh jamaah untuk Bilal Bin Rabbah itu.
Hingga dalam kisah disebutkan "Tak Ada Tangis Yang Lebih Haru Di Madinah" dengan Adzan terakhir Bilal bin Rabbah.
Demikian uraian singkat kisah "Tak Ada Tangis Yang Lebih Haru di Madinah, Dari Kisah Di Bawah Ini". Semoga kisah ini menjadi inspirasi untuk mencintai Rasulullah SAW semaksimal yang dapat kita lakukan. Aamiin.
0 Response to " Tak Ada Tangis Yang Lebih Haru Di Madinah, Dari Kisah Di Bawah Ini."
Post a Comment