Perkara Yang Rasulullah SAW Khawatirkan Saat Umatnya Beribadah.
Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Suatu hari Rasulullah SAW sedang bercengkerama bersama sahabat-sahabat setianya. Sudah barang tentu mereka dan Nabi SAW sedang membicarakan tentang Islam. Rasulullah SAW, menyampaikan pesan kepada para sahabat tentang kekhawatirannya kepada umatnya dalam beribadah.
Kekhawatiran Beliau tersebut disampaikan melalui sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut ini :
Dari sabda Nabi Muhammad SAW di atas maka hati-hati dengan syirik kecil yaitu "Riya' ". Sebab perbuatan riya' ini akan merusak amalan-amalan yang kita kerjakan. Abdurrahman Asad Al-Habsy, Pimpinan Majelis Ta'lim dan Dzikir Baitul Muhibin, mengatakan bahwa menyembunyikan amal adalah cara paling positif agar amal saleh yang telah kita lakukan dapat terhindar dari sifat "Riya' ".
Ibadah yang kita lakukan jauh dari pandangan manusia (hanya kita dan Allah saja yang mengetahuinya) hal ini akan menjadikan hati lebih tenang, tidak akan sibuk menunggu dan mengharap penilaian atau pujian manusia.
Agar tidak disalah fahami, persolan riya' tidak hanya terletak pada persolan mendapatkan kedudukan sendiri, atau melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri, melainkan terletak adanya motif "halus" terselubung mencari kedudukan (dilihat orang, dipuji, disanjung) dalam melakukan suatu amalan/perbuatan.
Para Nabi atau Rasul adalah orang yang paling terpandang di seluruh dunia, namun mereka sedikitpun tidak ada riya' sama sekali. Sebab mereka tidak mengejar status untuk menjadi orang terpandang dalam hidupnya. Seluruh kehidupannya diperuntukkan hanya untuk pengabdian kepada Allah semata. Kemasyhuran seorang Rasul atau Nabi, merupakan kemasyhuran sebagai buah anugerah Allah SWT atas pengabdiannya.
Seseorang yang di dalam hatinya tertambat riya' biasanya adalah mereka yang melakukan kebaikan, menahan syahwatnya dari perbuatan-perbutan buruk, bertutur baik, beribadah dengan rajin, berupaya melakukan 1001 kebaikan, namun tidak menyadari tumbuhnya satu kebanggaan "halus" di hatinya yang menjelma menjadi riya', dari semua upayanya dalam hal-hal tersebut. "Nah jika hal ini terjadi maka amalannya telah terkotori oleh "riya' " dari asal niatnya yang semula, maka batallah amalan tersebut.
Namun bila asal amalanya karena Allah semata, kemudian perasaan riya' muncul di-tengah-tengah amalan yang sedang dilakukan, tetapi dia berusaha untuk menolaknya maka hal itu tidak membahayakan amalan yang sedang dilakukan. Tetapi jika malah senang dengan "riya" maka hal ini, yang masih menjadi perbedaan ulama atau berselisih pendapat tentang hukumnya.
Menurut Imam Ahmad dan Ibnu Jarir ath-Thabari, menguatkan pendapat bahwa amalannya tidak terhapus karenanya, dan dia akan tetap mendapat balasan sesuai dengan niatnya yang pertama tadi. (Pendapat ini diriwayatkan dari Hasan al- Basri dan selainnya).
Bila seseorang beramal ikhlas karena Allah, kemudian Allah memberikan rasa cinta dan pujian manusia hingga manusia memujinya dan diapun merasa senang akan karunia dan rahmat-Nya, kemudian bergembira maka hal tersebut tidak membahayakan amalnya dan termasuk sah. Hal ini diterangkan dalam hadits yang berbunyi sebagai berikut :
Bagaimana terapinya agar tidak berada dalam kubangan (lingkaran) riya' , maka ingatlah firman Allah sebagai berikut :
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jangan ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhan-Nya". (QS, Al-Kahfi/18 :110)Beribadah dengan cara yang difirmankan Allah pada surat Al-Kahfi di atas, hanya mampu dilakukan oleh orang-orang jujur, keimanannya. Yang demikian itu adalah bukti keimanan dan kecintaan mereka yang sangat tulus kepada Allah SWT. Dalam hali ini Rasulullah SAW, menyatakan sebagai berikut :
"Manusia yang paling utama kedudukannya di sisi Allah dan paling dekat hubungannya dengan Allah adalah orang yang berbuat baik yang menutupi amal kebaikannya".Dalam ayat di atas yang ditekankan adalah amalan "riya" yang Allah tidak sukai, dengan penekanan kata "janganlah kamu hilangkan" (pahala) karena dengan amalan yang riya. Maka hati-hatilah ketika kita beribadah, jangan sampai mengotori bahkan menghilangkan pahala hanya karena riya.
Demikian uraian singkat "Perkara Yang Rasulullah SAW Khawatirkan Saat Umatnya Beribadah". Semoga bermanfaat. Dan marilah berusaha agar kita terhindar dari kubangan riya tersebut. Aamiin...
0 Response to "Perkara Yang Rasulullah SAW Khawatirkan Saat Umatnya Beribadah. "
Post a Comment