Dendam Dan Marah Jangan Sampai Dibawa ke-Akhirat, Ini Pasalnya.
Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Mu'amalah)
Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Islam mengajarkan agar tak menyisakan dendam di akhirat.
Setiap manusia pasti memiliki kesalahan antara yang satu dengan lainnya. Tetapi ada diantara mereka yang enggan untuk memaafkan kekeliruan atau kesalahan orang lain bahkan sampai mengelurkan sumpah, akan menuntut pahala atau ganjaran dari kesalahan orang itu saat sudah berada di akhirat.
Prof.Muhammad Quraisy Shihab, menerangkan bahwa diantara sifat Allah adalah Muqsith yaitu diambil dari kata Qisth. Ini banyak yang mengartikannya sebagai adil atau pemberi keadilan. Menurut tasfir Al-Misbah ini, beliau mengatakan bahwa kata qisth berbeda dengan adil. Sebab adil adalah seseorang dapat menuntut semua hak dan memberi semua kewajiban.
Beliau memberikan contoh misalnya dalam hal sengketa, menjatuhkan sanksi yang wajar pada yang bersalah itu disebut adil. Seumpama seorang pencuri, koruptor, yang dijatuhi hukuman atau sanksi sesuai dengan kesalahannya. Hal yang demikian menurut Prof. Quraisy Shihab disebut adil.
Namun beda dalam hubungan antar manusia yang termasuk bisnis atau muamalah, yang dituntut bukanlah adil melainkan Qisth, yaitu kata yang bermakna kedua belah pihak sama-sama senang (win-win solution).
Sebagai contoh keadilan terkait dengan Qisth misalnya dalam kejadian rumah tangga, seorang adik mengambil mainan kakaknya. Maka yang harus dilakukan oleh orang harus menerapkan Qisth bukan konteks Adil. Karena Qisth adalah keadilan yang membuat kedua belah pihak sama-sama senang.
Jika orang tua mengatakan kepada adik yang mengambil mainan kakaknya, dengan kata "Hei ini bukan punyamu kasih pada kakakmu", pasti menangislah si adik itu". Maka untuk memberikan keadilan yang tepat adalah keadilan Qitsh; dengan ucapan orang tua kepada adik tersebut dengan kalimat adil secara Qisth yaitu nasihat ibu kepada kakak yang diambil mainannya dengan berkata "Nak kasih saja itu kepada adikmu, nanti ibu belikan yang lain yang lebih bagus". Nah ucapan ibu itu akan membuat dua-duanya senang, inilah yang dinamakan Qisth.
Begitu pula dalam kehidupan, seorang hamba yang mengalah, mema'afkan, menyerahkan kesalahan yang diperbuat orang lain kepada Allah, maka Allah mempunyai cara melakukan Qitsh sesuai sifat-Nya. Namun sebaliknya orang yang menuntut ganjaran orang lain yang pernah berbuat kesalahan justru orang yang demikian dikatakan sebagai orang yang rugi atau muflis (rugi atau bangkrut di akhirat).
Ada kisah di dalam akhirat, orang datang mengadu/menuntut (tentang perbuatan orang lain kepadanya). Lalu Allah berfirman "kamu tengok keatas". Dengan jelas dia liat satu pemandangan istana yang indah, orang itu bertanya siapa yang punya?. Allah menjawab "yang sanggup membeli" siapa yang sanggup membeli? kata orang tersebut.
Allah menjawab, kamu kalau mau juga bisa. Bagaimana cara saya beli?. Tanya orang itu. Allah menjawab "maafkan saudaramu". Itulah keadilan Qitsh anda senang orang lainpun senang. Maka "jangan pernah sekali-kali berkata saya akan tuntut kesalahanmu di akhirat". Karena Anda akan rugi "Muflis" (rugi atau bangkrut di akhirat). Wallahu'alam.
Demikian uraian singkat materi "Dendam dan Marah Jangan Sampai Dibawa ke-Akhirat, Ini Pasalnya". Semoga bermanfaat dan dapat mengamalkan dari sifat pema'af yang telah diberikan Allah kepada kita, untuk orang lain yang kadang menyakiti kita. Aamiin.
0 Response to "Dendam Dan Marah Jangan Sampai Dibawa ke-Akhirat, Ini Pasalnya. "
Post a Comment