Rasiyambumen.com Kajian Khazanah Islam (kategori posting Aqidah)
Pembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tecurah dan mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirat kelak. Aamiin...
Setiap manusia pernah mengalami rasa kecewa, sakit hati, disebabkan apa yang diinginkannya tidak tercapai walaupun telah berusaha dengan gigih dan segala macam cara sudah dilakukan. Maka tak mustahil timbul rasa putus asa yang kadang menjadi problem dalam menapaki hidup ini.
Semestinya tidak ada ruang bagi seorang mukmin atau beriman untuk putus asa atau putus harapan. Ditinjau dari dari sebuah kajian Al-Qur'an bahwa sesulit apapun dan sebanyak dosa apapun, manusia harus tetap optimis dalam menjalani hidup di dunia ini.
Di dalam Al-Qur'an ada sebuah ayat yang memberi kabar gembira kepada kita semua, bahwa Allah SWT mempunyai sifat yang luas, Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Bagi hamba Allah yang telah menganiaya dirinya sendiri dengan melampaui batas, Allah akan memberikan ampunannya walaupun sebanyak bui di lautan. Inilah penjelasan Firman Allah :
"Katakanlah; "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dalam mencari rahmat Allah), janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS, Azumar/39 : 53).
Berdasarkan pendapat Prof. Buya Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dalam Tafsir Al-Azhar, ayat tersebut di atas, mengingatkan kepada kaum Muslimin tentang betapa luasnya kasih sayang Allah. Maka dari itu, diantara sifat-sifat ideal dalam diri seorang Muslim ialah optimis.
Terlebih lagi Allah SWT melihat segala perbuatan hamba-hamba-Nya, termasuk yang berusaha keras dalam kebajikan. Dia-pun Mahateliti terhadap segala apa yang dikerjakan setiap makhluk-Nya.
Dengan menyadari hal itu seorang muslim akan berpsarah diri kepada Allah Ta'ala. Sikap pasrah yang demikian tidak termasuk menjurus pada pesimisme. Sebab tawakal atau pasrah diri, berarti menyerahkan keputusan terbaik kepada Zat yang Maha Perkasa, Maha Adil, dan Maha Bijaksana sesudah dirinya berikhtiar.
Ada juga yang tidak sabar dalam ujian atau cobaan hidup yang sangat berat menerpa dirinya, sehingga rasa kecewa dan putus asa timbul dalam hatinya untuk lebih mengakhiri hidupnya saja. Na'udzubillah- hi min Dzalik. Padahal Allah tidak akan menguji hambanya melebihi dari kesannggupan untuk melakukannya/menyelesaikannya. Maka seberat apapun cobaan yang Allah berikan, kita tetap optimis dengan berusaha untuk melepaskannya. Yang pasti Allah tidak akan membebani cobaan hambanya yang tidak akan dapat diselesaikan oleh hambanya itu sendiri. Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur'an sebagai berikut :
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya, dia mendapat (pahla) dari (kebajikan) yang dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya". (QS, Al-Baqarah/ 2 : 286).
Dalam menghadapi situasi yang sangat sulit dan memberatkan, yang dibutuhkan adalah iman yang kuat. Jangan sampai ujian yang datang justru tidak mengangkat diri pada level ketaatan dan ketakwaan. Maka Rasulullah SAW memberikan arahan kepada kita hendaknya berprasangka baik kepada takdir dari Allah. Sesuai sabdanya : "Sesungguhnya Allah berfirman Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku". (HR. Muslim)
Dalam sabda yang lain Rasulullah bersabda :"Tidak satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang Muslim, melainkan dosanya dihapus oleh Allah Ta'ala, sekalipun musibah itu hanya lantaran tertusuk duri". (HR. Muslim).
Begitu besar pahala seorang mukmin yang bersabar tetap tabah tatkala tertimpa musibah. Maka hadits diatas adalah suatu kabar gembira bagi seluruh umat Islam yang tetap tawakal dan bersabar ketika mendapat ujian/cobaan.
Dalam sebuah hadtis Qudsi, disampaikan ; Rasulullah SAW bersabda : "Allah berfirman, Hai Anak Adam! Jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka Aku tidak akan meridhai bagimu sebuah balasan kecuali surga. (HR. Ibu Majah). Maknanya Allah hanya akan memberi balasan surga-Nya.
Dengan uraian diatas kita harus berusaha dengan sunguh-sungguh untuk tidak berputus-asa dari Rahmat-Nya. Dan apabila masih banyak maksiat, dalam arti mengabaikan perintah Allah dengan perbuatan-perbuatan yang menyiksa dirinya sendiri, sebagai seorang Muslim hendaknya tidak menunda-nunda pertaubatan, dengan taubatan nasuha.
Selama hayat masih dikandung badan harapan untuk memperoleh ampunan-Nya selalu terbuka lebar.
Imam Nawawi dalam "Nashaih Al-Ibad" berkata : "Allah lebih senang pada tobatnya seorang hamba, melebihi senangnya orang haus yang menemukan air, atau orang mandul yang diberi anak". Wallahu 'alam bishawaab.
Demikian uraian singkat materi "Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah.. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi pelajaran bagi kita serta mengamalkan, tentu sesuai kemampuan yang kita miliki. "Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya"...... Al Ayah. (QS, Al-Baqarah/2 : 286). Aamiin.
0 Response to "Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah. "
Post a Comment