Khutbah Jum'at : Hakikat Penciptaan Lisan.

Tuhan Menciptakan Lisan Untuk Menyampaikan Kebenaran

Khutbah kali ini mengajak kepada khalayak untuk mengingat kembali hakekat penciptaan lisan oleh Allah SWT. 

Untuk mengingatkan agar kita semua mampu menjaga lisan, tidak untuk berbicara yang tidak ada manfaatnya atau sia-sia. Sebab orang yang yang beriman dan termasuk beruntung, Allah telah jelaskan dalam al-qur'an surat Al-Mu'minun sebagai berikut : 

"Wal-ladziina hum 'anillaghwi mu'ridhuun (a)"
"Dan orang-orang yang menjauhkan diri (dari perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna." (QS, Al-Mu'minun/23 : 3).
Ayat sebelumnya yaitu ayat 1 dan 2 Allah menerangkan bahwa orang yang beruntung adalah yang mengerjakan shalat dengan khusu'. Dan pada ayat 3 orang yang beruntung juga disebutkan sesuai readaksi pada ayat tersebut di atas. 

Hati-hati di era Medsos saat ini, saat lisan kita telah digantikan oleh jari jemari kita, maka sudah seharusnya bukan digunakan untuk mengunggah hal-hal yang buruk atau sia-sia di media sosial. 

Khutbah ke- I : 

Kaum Muslimin Sidang Jum'ah Yang dimuliakan Allah, 
Mengawali khutbah siang hari ini, tak lupa kita panjatkan puji syukur ke hadirat ilahi Robbi, Allah SWT. Dalam kesempatan yang berbahagia di hari yang terbaik, syayidul ayam kita semua masih diberi nikmat yang begitu besar, terutama nikmat iman di dalam Islam dan nikmat sehat wal afiat, sehingga dapat melaksanakan salah satu perintah-Nya yaitu shalat jum'ah berjamaah di masjid ini.  

Melalui mimbar yang mulia ini khatib mengajak pada diri khatib pribadi, dan para jamaah sekalian mari kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT, takwa yang sebenar-benarnya dengan cara melaksanakan seluruh perintah-Nya dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meninggalkan segala larangan-Nya. Karena hanya dengan kedua cara tersebutlah kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun akhirat kelak. Aamiin.

Shalawat dan salam marilah kita haturkan ke haribaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para shabat, tabi'in, tabiut-tabiin, dan kepada kita yang hingga saat ini bahkan detik ini masih istiqamah dalam mengamalkan risalahnya, mudah-mudahan akan mendapat syafaatnya di yaumil akhir kelak. Aamiin ya robbal 'alamiin. 

Kaum Muslimin Sidang Jum'ah Yang dimuliakan Allah, 
Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al-Thusi menyampaikan dalam kitabnya "Bidayatul Hidayah", bahwa ada empat tujuan hakekat diciptakannya lisan oleh Allah SWT.

Pertama : Memperbanyak Dzikir atau selalu ingat kepada Allah.  Hal ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya yang telah memberikan begitu banyak nikmat. Banyak menyebut asma Allah dan mengingat-Nya dengan berdzikir, juga merupakan wujud cinta kita kepada-Nya. Pepatah mengatakan semakin kita cinta, semakin kita sering menyebut-nyebut namanya. 

Bahkan dalam hadits Rasulullah SAW mengingatkan bahwa hamba yang utama derajatnya di sisi Allah SWT pada hari kiamat nanti, adalah mereka yang banyak berdzikir kepada Allah. Imam Abu Hasan al-Wahidi mengutip pernyataan Ibnu Abbas, bahwa maksud dari hadits tersebut adalah berdzikir kepada Allah di berbagai kesempatan, seperti ; usai shalat, mau tidur, dan bangun tidur, setiap akan makan dan saat istiratpun berdzikir. 

Kedua : Berdakwah memberi petunjuk dengan lisannya kepada segenap makhluk Allah, terkait agama yang benar yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yaitu agama Islam. 

Ketiga : Agar lisan kita selalu digunakan untuk membaca Al-Qur'an. Hal ini penting agar kita dapat menuntun ke jalan agama Allah SWT yakni agama Islam. Membaca al-qur'an juga bermanfaat untuk kita karena banyak mendapatkan pahala, meskipun belum memahami kandungan ayat-ayat yang kita baca. Namun sebaiknya kita terus berusaha untuk dapat memahami apa makna dan tujuan ayat-ayat dalam al-quran itu sendiri. Selain pahala, membaca al-qur'an juga akan memberikan syafa'at kepada kita di hari kiamat kelak. Bahkah dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda : 

"Sebaik-baik orang diantara kalian, adalah orang yang belajar al-qur'an dan mengajarkannya" 

Keempat : Menyampaikan dengan lisannya hal ihwal yang berguna, melalui kajian agama Islam. Dalam arti belajar dan melakukan sesuatu keduniaan untuk memenuhi persyaratan peribadatan kita kepada Allah SWT.  Termasuk soal keduniaan, kita bekerja untuk bekal makan sebagai sarana agar kuat dalam beribadah. 

Jika lisan tidak digunakan untuk selain empat hal tersebut, maka tidak ada pilihan lain kecuali diam. Sebab jika lisan tidak digunakan sesuai dengan hakekat atau tujuan penciptaannya, maka hal tersebut merupakan bentuk kufur nikmat. Oleh karena itu, marilah kita gunakan lisan sesuai tujuan penciptaanya atau lebih baik diam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an sebagai berikut : 

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian dan berkatalah (dengan) hal-hal yang baik" (QS, Al-Ahzab/33 : 70).  

Dalam Ayat lain Allah juga berfirman : 

"Tidak sekali-kali seorang manusia berbicara sepatah kata pun kecuali di sampingnya terdapat Rqiib dan 'Atiid". (QS, Qaaf/50 : 18). 

Artinya jika bukan hal yang baik yang disampaikan, lebih baik diam, tidak malah mengatakan hal-hal yang buruk. Sebab ada dua malaikat yang selalu siap sedia mencatat segala perkataan kita. 

Kaum Muslimin Sidang Jum'ah Yang dimuliakan Allah, 
Rasulullah SAW bersabda sebagaimana dikutip al-Imam al-Hafidz Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuthi dalam Lubabul Hadits :  مَنْ صَمَتَ نَجَا  "Siapa yang diam, maka dia selamat. 

Syeikh Al Alim  al-Allamah Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani menjelaskan hadits tersebut dalam kitab Tanqihul Qaulil Hatsits fi Sharhi Lubalil Hadits, bahwa diam dari bicara, tidak ngomon memang tidak memberikan pahala terhadap orang yang diam tersebut. Akan tetapi dia dapat selamat dari siksa Allah SWT.

Sebab dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ibnu Umar, radiyallahu anhuma, disabdakan : "Siapa yang banyak bicara, dia banyak salah. Siapa banyak salah, maka banyak dosanya. Siapa banyak dosanya tentu neraka lebih utama baginya". 

Mari kita upayakan untuk tidak perlu banyak bicara, dalam konteks kekinian, kita tidak perlu banyak mengunggah status di media sosial. Sebab Luqman pernah berkata kepada anak-anaknya, bahwa jika bicara merupakan bagian dari perak, maka diam adalah emas. Artinya, sebagaimana disebutkan Ibnul Mubarak, jika berbicara dalam ketaatan kepada Allah, adalah perak, maka diam dari maksiat kepada Allah adalah bagian dari emas.   

"Jika tidak terpaksa untuk bicara sepatah kata, maka tinggalkanlah dan diamlah!. Jika pun pembicaraanmu merupakan bagian dari perak, maka sungguh diam-mu itu bagian dari emas"
Mari kita jaga lisan kita untuk mengamalkan empat hal yang telah khatib sampaikan. 

Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat dan semoga kita semua selalu dibimbing dan dijaga lisannya oleh Allah SWT.  Aamiin ya Robbal 'alaamiin. 

Khutbah ke-II 

---------------------------- " --------------------------

0 Response to "Khutbah Jum'at : Hakikat Penciptaan Lisan. "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel