Khutbah Jum'at : Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
Wednesday, December 1, 2021
Add Comment
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّيْ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. فَقَالَ الله تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ: كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ
Kaum Muslimin Sidang Jum'ah Yang Dirahmati Allah,
Amar ma'ruf nahi munkar, adalah mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Dan setiap muslim diwajibkan untuk memberi contoh kebaikan sebanyak mungkin, dan berusaha untuk mencegah kemungkaran di mana saja dia berada. Dalam surat Ali Imran ayat 110, Allah berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena itu kalian menyuruh pada yang ma'ruf, (baik) dan mencegah yang munkar. Dan beriman kepada Allah" .... al-ayah. Imam Ath Thabari dalam dalamTafsir al-Bayan fi Ta'wil Al-Qur'an menjelaskan :
أَمَّا قَوْلُهُ "تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ" فَإِنَّهُ يَعْنِيْ تَأْمُرُوْنَ بِالْإِيْمَانِ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَالْعَمَلِ بِشَرَائِعِهِ، "وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنْكَرِ" يَعْنِيْ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الشِّرْكِ بِاللهِ وَتَكْذِيْبِ رَسُوْلِهِ وَعَنِ الْعَمَلِ بِمَا نَهَى عَنْهُ
"Adapun firman Allah "ta'muruna bil ma'ruf" (menyuruh kebaikan), maksudnya adalah mengajak untuk beriman kepada Allah, Rasul, dan mengamalkan syariat. Sementara "watanhauna 'anil munkar" (atau mencegah yang munkar), maksudnya mencegah syirik, mendustakan Rasulullah, dan meninggalkan yang dilarang Tuhan".
Meskipun sebuah keharusan, amar ma'ruf nahi munkar tidak boleh dilakukan secara sembrono dan serampangan.
Penerapan amar ma'ruf nahi munkar musti dilandasi pada ilmu dan kearifan.
Penerapan tidak boleh bertentangan dengan tujuan disyariatkan amar ma'ruf dan nahi munkar itu sendiri.
Jangan sampai tujuan kita mengajak kepada kebaikan, tetapi orang yang diajak malah kabur, karena pendekatan yang kita gunakan tidak cocok dengan objek yang diajak. Dan jangan sampai juga tujuannya mencegah kemunkaran, tetapi malah melahirkan kemungkaran yang baru.
Seorang ulama KH.Achmad Siddiq pernah menulis artikel yang berjudul "Amar ma'ruf nahi munkar sebagai langkah pembinaan khairu umah dan masyarakat Pancasila". Dalam artikel tersebut mengutip Imam al-Ghazali, beliau menjelaskan beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar, agar gerakannya produktif dan tidak menimbulkan masalah baru.
Imam al-Ghazali dalam kitab "Ihya Ulumuddin" menekankan pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar, terdiri dari empat unsur : muhtasib (pengawasan), muhtasab 'alaih (objek yang diawasi), muhtasab fih (masalah), dan terakhir ihtisab (bentuk penanganan).
Keempat unsur ini saling berkaitan dan apabila berubah salah satunya, maka pola penangananya-pun akan berbeda. Misalnya kita ingin mengajak seorang anak untuk berbuat baik dan rajin beribadah, tentu metodenya berbeda dengan orang dewasa. Jika menerapkan metode orang dewasa terhadap anak kecil, akan menimbulkan masalah baru dan kemungkinan besar yang diajak tidak akan berubah.
Kaum Muslimin Sidang Jum'ah Yang Dirahmati Allah,
KH. Achmad Siddiq juga menerapkan dua hal terkait amar ma'ruf nahi munkar.
Pertama, perlu dibedakan antara maksiat dengan munkar.
Munkar itu lebih luas daripada maksiat. Setiap sesuatu yang dapat membahayakan kepentingan umum dapat disebut kemungkaran meskipun tidak dianggap maksiat.
Contoh misalnya ada orang gila yang berzina di depan umum, wajib dicegah meskipun perzinahan bagi orang yang gila tidak termasuk dalam kategori maksiat. Imam al-Ghazali dalam kitabnya "Ihya Ulumiddin" menjelaskan :
الْمُنْكَرُ أَعَمُّ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، إِذْ مَنْ رَأَى صَبِيًّا أَوْ مَجْنُوْنًا يَشْرَبُ الْخَمْرَ فَعَلَيْهِ أَنْ يُرِيْقَ خَمْرَهُ وَيَمْنَعُهَ، وَكَذَا إِنْ رَأَى مَجْنُوْنًا يَزْنِي بِمَجْنُوْنَةٍ أَوْ بَهِيْمَةٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَمْنَعَهُ مِنْهُ
Munkar itu lebih umum dari maksiat. Karenanya apabila melihat anak kecil atau orang gila minum khamar, wajib diambil minumannya (dibuang) dan sekaligus dilarang. Bigitu pula jika melihat orang gila berzina, baik dengan sesama orang gila ataupun binatang, hukumnya wajib untuk dicegah.
Selain menekankan pentingnya perbedaan antara maksiat dengan munkar, KH. Achmad Siddiq juga menegaskan bahwa kemungkaran yang wajib dicegah adalah munkar ber 'Ijma' (yang disepakati oleh para ulama sebagai kemunkaran), sementara kemungkaran yang masih diperbedatkan hukumnya oleh para ulama, tidak wajib untuk dilarang atau dicegah.
Imam al-Ghzali dalam kitabnya "Ihya Ulumiddin" menjelaskan bahwa orang yang akan melakukan amar ma'ruf nahi munkar, (muhtasib), harus berilmu, wara', dan berakhlak baik. Beliau mengatakan demikian :
وَلْيَكُنْ عَالِمًا وَرَعًا وَحُسْنَ الْخُلُقِ يَتَلَطَّفُ فَلَا يَعْنُفُ، إِمَّا الْعِلْمُ فَلْيَعْلَمُ حُدُوْدَ الْاِحْتِسَابِ، وَالْوَرَعُ لِيَقْتَصِرَ عَلَى حَدِّ الْمَشْرُوْعِ فِيْهِ، وَيَحْسُنُ الْخُلُقَ بِتَلَطُّفٍ فَلَا يَعْنُفُ كَيْلَا يَتَجَاوَزَ حَدَّ الشَّرْعِ فَيَفْسُدَ أَكْثَرُ مِمَّا يَصْلُحُ
Muhtasab, wara, berilmu, dan berakhlak baik, bersikap lembut dan tidak keras.
Muhtasib harus berilmu supaya mengetahui ketentuan ihtisab (pengawasan/bentuk penanganan) muhtasib harus wara' agar dapat membatasi daripada ketentuan yang disyariatkan. Berakhlak mulia dengan lembut dan tidak keras, supaya tidak melewati batasan syariat, sehingga menimbulkan mafsadat lebih banyak, dari kemaslahatannya.
Jadi kesimulannya orang yang akan melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar, harus berilmu, wara', dan berakhlak mulia. Dan tidak boleh melakukan kekerasan ketika dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar. Sebab jika melakukan kekerasan, alih-alih menjadi baik, justru akan mendatangkan kemudaratan dan kemunkaran yang baru.
Apabila dalam konteks bernegara, kita tidak boleh melanggar aturan hukum dalam pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar. Kita harus menyerahkan urusan yang berkaitan dengan hukum kepada aparatur negara, agar tidak terjadi ketidak adilan dan kedzoliman.
Sebab di dalam kaidah disebutkan ; "al-Adharar ya yuzalu bil dharar" (kemudaratan tidak boleh dihilangkan dengan kemudaratan).
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II.
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لَآ إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عِبَادَاللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
------------------" ------------------
0 Response to "Khutbah Jum'at : Amar Ma'ruf Nahi Munkar. "
Post a Comment